PARLEMENTARIA.COM – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menegaskan, peran ulama dan umat Islam memperjuangan dan mempertahankan kemerdekaan sangat besar. Bahkan untuk mengembalikan Indonesia ke dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah peran besar tokoh Islam yang bernama Mohammad Natsir.
Ketika berbicara dihadapan ibu-ibu Majelis Taklim Bait Al Rahman, di Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (14/2/2019), Hidayat memaparkan, ketika bangsa ini memilih bentuk NKRI, tidak disukai oleh Belanda.
Untuk menggagalkan Indonesia bersatu, Belanda terus menerus menekan Indonesia. Bentuk tekanan itu adalah mengakui kedaulatan, namun dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Pengakuan itu diberikan dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, Desember 1949.
Dalam perjalanan waktu, terang Hidayat, Ketua Fraksi Masyumi di Parlemen, yakni Mohammad Natsir, melihat bentuk RIS merupakan penyimpangan dari tujuan negara ini didirikan.
Untuk itu pada 3 April 1950, Natsir menyampaikan pidato di depan anggota parlemen. Pidato dengan judul Mosi Integral itu didukung oleh semua politisi. “Dari pidato itulah membuat Indonesia kembali menjadi NKRI”, ucapnya.
Apa yang dilakukan Natsir, menurut HNW membuktikan dalam masalah menjaga persatuan bangsa, partai dan ummat Islam merupakan garda terdepan.
Kepada ibu-ibu majelis taklim tersebut disampaikan bahwa rakyat Indonesia sekarang mempunyai kedaulatan. Kedaulatan yang dimiliki, yang bisa digunakan saat Pemilu yang menentukan masa depan bangsa.
“Pastinya ummat Islam ingin bangsa ini seperti yang diperjuangkan oleh para ulama dan para pendiri bangsa”, tuturnya.
Untuk itu dalam proses demokrasi, Pemilu, dalam memilih pemimpin jangan hanya banyak-banyakan suara namun juga perlu dipilih pemimpin yang memiliki kualitas dan kapasitas. “Pilih pemimpin yang baik dan benar”, ucapnya. (chan)