Pengawasan

Fahira: KPU Harus Ubah Debat Capres-Cawapres Menarik

PARLEMENTARIA.COM– Senator dari Provinsi DKI Jakarta, Fahira Idris mengaku dirinya dan sebagian besar masyarakat kecewa dengan debat perdana calon presiden calon wakil presiden (capres-cawapres) di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Soalnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah memberikan kisi-kisi kepada tim sukses kedua pasangan capres-cawapres yang bakal berebut suara rakyat pada pemilu 27 April mendatang. Namun, debat perdana ini sangat jauh dari harapan masyarakat.

“Semua sisi gelaran debat baik itu subtansi maupun teknis bukan hanya menenggelamkan gagasan para para kandidat tetapi juga menjadi sebuah pertunjukan kurang dinamis, kaku serta tidak mengalir seperti layaknya forum debat atau adu gagasan,” kata Fahira di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.

Dikatakan putri anggota Kabinet Orde Baru itu, konsep dan format debat pertama seperti mengkungkung kedua paslon sehingga gagasan-gagasan mereka terkait hukum, HAM, korupsi dan terorisme tidak diucapkan secara konkret.

“Para kandidat seperti terpaku pada daftar pertanyaan dan jawaban yang sudah memenuhi pikiran mereka. Gagasan mereka semakin tenggalam saat pertanyaan para penelis tidak tajam dan sangat normatif ditambah debat antarpaslon yang banyak keluar konteks dan tema,” papar Fahira.

Jika KPU tegas, berani mengubah konsep dan format debat, mulai dari tidak membocorkan daftar pertanyaan, mengarahkan para panelis agar menyusun pertanyaan yang lebih tajam sesuai isu krusial yang sedang dihadapi rakyat, dan memberi waktu lebih, gelaran debat selanjutnya bakal lebih baik dan menjadi pendidikan politik buat rakyat.

“Jika tidak, jangan harap partisipasi dan antusiasme pemilih naik. Debat pilpres adalah salah satu referensi utama bagi sebagian besar rakyat yang belum menentukan pilihan akan datang ke bilik suara.”

Dikatakan Fahira, konsep dan format debat pilpres yang berhasil ‘memaksa’ capres/cawapres mengeluarkan gagasan besar dan mampu menyakini rakyat akan gagasannya adalah titik awal keberhasilan gelaran Pilpres 2019.

Namun, jika yang disajikan seperti debat perdana, Fahira khawatir banyak pemilih yang tidak tergerak hatinya untuk memilih 17 April nanti. Kondisi seperti ini akan jadi kerugian besar bagi bangsa ini,” kata dia.

Karena itu, kata dia, KPU harus mengevaluasi total debat perdana pilpres dan segera memformulasikan format dan konsep baru. Debat perdana harus menjadi pelajaran bagi kedua tim sukses bahwa performa kandidat mereka tidak maksimal akibat format dan konsep debat yang begitu mengkungkung dan memagari paslon mengungkapkan gagasan besarnya.

“Saya pesankan KPU dan tim sukses jangan terlalu khawatir kemampuan paslon. Keempatnya putra terbaik bangsa dan mereka punya kemampuan dan wawasan yang sangat baik.

“Biarkan mereka berdebat dan adu gagasan sehingga rakyat punya landasan kuat sebelum menentukan pilihannya,” tukas wanita aktifis perempuan dan anak tersebut.

Fahira juga berharap pada debat kedua nanti terjadi perubahan-perubahan teknis yang walau kecil tetapi sangat menganggu rakyat yang menonton lewat televisi.

Ubahlah teknis debat menjadi kondusif. Tidak perlu banyak orang menonton di ruang debat. Cukup paslon, beberapa tim sukses, tokoh-tokoh bangsa, ditambah perwakilan masyarakat.

“Debat perdana terlalu ‘ramai’ baik orang maupun suara pendukung. KPU bisa sediakan layar besar diluar ruangan debat untuk tim sukses dan pendukungnya nonton bersama,” demikian Fahira Idris. (art)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top