PARLEMENTARIA.COM– Anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, pemuda, olah raga, kebudayaan, wisata dan ekonomi kreatif, Anang Hermansyah menyayangkan karya film dijadikan objek politisasi.
Itu dikatakan Anang dalam keterangan tertulisnya melalui WhatssApp (WA) kepada Parlementaria.com menyoroti praktik cyberbully menimpa Hanum Rais terkait penayangan Film Hanum Rangga di bisokop berbarengan dengan film The Man Called Ahok di jaringan bioskop 21.
Diakui wakil rakyat berlatar belakang musisi tersebut, berbagai aspek tak luput dari objek politisasi menjelang pelaksanaan pemilihan legislatif serta presiden-wakil presiden 17 April 2019, tak terkecuali karya film.
“Sebagai wakil rakyat dan juga musisi, saya menyesalkan jika karya seni dijadikan obyek politisasi apalagi mengarah pada cyberbully. Sudahi politisasi pada karya seni,” kata Anang, Kamis (15/11).
Menurut wakil rakyat dari Dapil IV Provinsi Jawa Timur tersebut, karya seni seperti film semestinya ditempatkan dalam ruang kebudayaan yang jauh dari politik praktis berjangka pendek.
“Peristiwa yang dialami Hanum semestinya tidak boleh terjadi. Jangan hanya karena perbedaan pilihan politik, lalu karya seni seseorang dijadikan obyek bully. Mohon hentikan praktik ini,” harap Anang.
Laki-laki kelahiran Jember, Jawa Timur, 18 Maret 1969 itu mengatakan, karya seni melampaui warna bendera, aliran politik serta pilihan politik. Justru melalui seni, ungkap Anang, politik kebangsaan dapat disalurkan melampaui sekat-sekat perbedaan.
“Pesan Bung Karno cukup tegas dan jelas melalui trisaktinya yakni berkepribadian dalam kebudayaan. Kita juga memiliki UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,” ungkap politisi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut. (art)