PARLEMENTARIA.COM – Wakil Ketua MPR RI Dr. H. Mahyudin ST. MM mengingatkan adanya potensi perpecahan yang selalu mengancam bangsa Indonesia seperti yang terjadi pada zaman penjajahan. Karena perpecahan akan terus menjadi ancaman bagi bangsa ini yang memiliki berbagai keberagaman, mulai dari suku, agama, dan ras.
“Dulu, Si Pitung kalah karena rahasianya dibongkar oleh temannya sendiri, sehingga bisa ditangkap oleh Belanda. Demikian juga Cut Nyak Dhien di Aceh, dia ditangkap penjajah, juga karena dikhianati temannya sendiri, sehingga perjuangannya bisa dipadamkan”, kata Mahyudin saat mengantarkan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dihadapan kepala desa, Ketua RT dan tokoh masyarakat se Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda Kalimantan Timur (17/10).
Di tahun politik sekarang ini, kata Mahyudin, upaya memecah belah bangsa Indonesia itu berpotensi terjadi lagi. Kelompok-kelompok tertentu yang ingin mengambil keuntungan akan berusaha memecah belah untuk mendapatkan keuntungannya sendiri.
Karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk harus waspada dan jangan gampang tertipu informasi yang hendak memecah belah.
“Upaya memecah belah itu akan terus dilakukan, dengan segala macam cara. Karena itu jangan mudah percaya dengan informasi yang tak jelas asal-usulnya. Cobalah melakukan check ulang terhadap setiap informasi yang masuk, apalagi yang berasal dari media sosial”, kata Mahyudin lagi.
Dikatakan Mahyudin, media sosial itu bisa bermanfaat, tetapi juga dapat merugikan. Medsos itu bisa menyambungkan tali silaturrahmi. Teman lama yang sudah tidak pernah ketemu, tiba-tiba saling menyapa melalui group whatsapp dan facebook.
“Tapi medsos juga bisa menyebabkan keretakan rumah tangga, menyebar hoax, fitnah dan memicu perpecahan jika tidak digunakan dengan baik”, kata Mahyudin.
Karena itu, kata Mahyudin masyarakat harus pintar-pintar menggunakan media sosial. Apalagi, medsos memang memiliki manfaat yang besar bila digunakan dengan baik dan benar. Misalnya untuk menyebarkan undangan, menyampaikan informasi pembangunan kepada masyarakat, hingga pengajian.
“Tetapi penggunaan medsos oleh anak-anak harus mendapat perhatian dari orangtuanya. Jangan sampai anak tidak terkontrol saat menggunakan medsos khususnya dan internet pada umumnya”, kata Mahyudin lagi. (chan)