PARLEMENTARIA.COM– Tokoh masyarakat Suku Amungme di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Nerius Katagame mendesak pemerintah setempat mendorong adanya dialog antara aparat keamanan dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang ditengarai melakukan serangkaian aksi teror penembakan di wilayah Distrik Tembagapura.
“Kami sarankan agar pemerintah membuka dialog dengan kelompok bersenjata tersebut. Kalau tidak ada dialog, maka sudah pasti masyarakat Amungme yang ada di Banti, Utikini dan Kimbeli yang akan menjadi korban,” kata Nerius di Timika, Sabtu (11/11).
Dia mengaku sangat prihatin dengan nasib ribuan warga sipil yang kini terjebak di Kampung Utikini Lama, Kimbeli, Waa-Banti, Opitawak hingga Aroanop lantaran tidak bisa bepergian ke mana-mana.
Pasokan barang kebutuhan pokok ke kampung-kampung sekitar Tembagapura juga kini terhenti total setelah sekelompok orang bersenjata api mulai menguasai kampung-kampung itu sejak akhir Oktober lalu.
Bahkan kini keselamatan warga sipil di lokasi itu terancam. Pada Kamis (9/11), seorang warga Suku Amungme bernama Marthinus Beanal ditemukan meninggal dunia di Kampung Utikini Lama.
Korban diketahui sehari-hari bekerja sebagai karyawan dapur PT Pangansari Utama, salah satu perusahaan subkontraktor PT Freeport yang menyediakan jasa katering bagi karyawannya.
Yang bersangkutan dikabarkan tidak pulang ke rumah, Selasa (7/11). “Saat ini masyarakat sipil di Banti, Kimbeli dan Utikini kelaparan karena tak ada pasokan logistik ke sana.
“Kami minta aparat memperjelas siapa pelaku penembakan di Tembagapura itu dan segera menyelesaikan persoalan ini agar masyarakat sipil tidak terus-terusan menjadi korban,” kata dia.
Sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar mengakui diperlukan tokoh berpengaruh untuk membangun komunikasi dengan KKB di Tembagapura. “Kami sudah mendorong agar unsur dari Pemkab Mimika bisa membuka jalur negosiasi dengan tokoh-tokoh dan mudah-mudahan ada kabar bagus,” kata Boy.
Hingga saat ini, aparat masih kesulitan melakukan upaya evakuasi seribuan warga sipil dari kampung-kampung sekitar Tembagapura itu karena anggota kelompok bersenjata masih bercokol di wilayah tersebut.
Boy mengatakan, berbagai upaya persuasif terus dilakukan Satgas Operasi KKB untuk membebaskan warga sipil, termasuk 300 lebih pendulang dan pengumpul emas yang selama ini beraktivitas di sekitar Kali Kabur dan pedagang sembako.
KKB Tembagapura diperkirakan memiliki sekitar 35 senjata api ditambah senjata tradisional berupa panah, parang, tombak dan lainnya. Namun, belakangan di sejumlah media sosial beredar foto dua senjata api jenis laras panjang dan dikenal jenis Styer Aug.
Dua senjata api serbu yang biasa digunakan pasukan khusus itu difoto dengan keadaan berdiri. Selain foto, kedua senjata yang memiliki kaliber 5,46 mm itu terlihat juga sosok pria dewasa dengan rambut gimbal yang sedang menenteng senjata tersebut. (art/ant)