Ekonomi

Pertemuan IMF-World Bank Jangan Hanya Sekedar Serimonial

PARLEMENTARIA.COM – Pengamat Ekonomi INDEF, Enny Sri Hartati tidak mempersoalkan biaya pertemuan IMF-World Bank di Bali dengan anggaran Rp 800-an miliar yang terakhir bisa dihemat lagi menjadi Rp500 miliar seperti dirilis pemerintah.

Dia menilai anggaran Rp800 mililar yang kemudian bisa dihemat menjadi Rp500 miliar itu merupakan hal yang wajar dalam penyelenggaraan suatu event internasional. Dia membandingkan dengan pertemuan biasa saja bisa menghabiskan anggaran ratusan juta rupiah.

“Yang jadi persoalan apakah influence (mempengaruhi). Bukan hanya sekedar seremonial. Hanya untuk cipika cipiki atau hanya untuk bersalaman dengan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral 188 negara itu atau selfi-selfi. Itu yang kita persoalkan,” kata Enny dalam diskusi bertema ‘Miliaran, Dana Annual Meeting IMF Darimana?’, di Media Center DPR, Kamis (11/10/2018).

Menurut Enny, yang diharapkan buah dari pertemuan IMF-WB itu mereposisi revitalisasi atau keberadaan dan peran IMF dan world bank selama ini sebagai lembaga supranational government kekuasaannya luar biasa. Semua kebijakannya harus dipenuhi oleh semua anggotanya.

Karena kata Enny, bila dilihat struktur institusi IMF dan WB itu dikelola secara korporasi. Siapa yang jadi elit pememg kekuasaan kunci dari World bank itu. Dia menyebut negara yang saham terbesar Amerika dan lima atau 6 negara saja.

“Sekarang kalau lembaga yang dikelola secara korporasi seperti itu dan keluasannya surpranasional government apa yang akan terjadi dengan kerangka ekonomi global. Maka tidak heran hari ini semua gelisah dengan krisis yang terus menerus terjadi. Dulu orang anggap krisis ini 10 tahunan. Sekarang sebelum 10 tahun berulang lagi. Kita tidak tahu ketidakpastian global ini,” ujarnya.

Dia mencontohkan seperti yang dihadapi Turki. Negara yang semula ekonominya bagus, tapi karena tidak mendapat dukungan AS, tiba-tiba mata uangnya, Lira anjlok. “Inilah yang membuat dunia tidak tenang dan krisis global akan terus tak menentu. Untuk itu pertemuan IMF di Bali harus berani menekan AS,” tegasnya.

Bagi Indonesia sendiri kata Enny, pertemuan IMF-WB tersebut tentu diharapkan ada dampak ekonominya. Setidaknya kata Enny, bisa memulihkan kepercayaan pasar terhadap Indonesia dengan menguat nilai tukar rupiah. “Kalau rupiah bisa menguat bisa menjadi indikasi Indonesia kembali dipercaya pasar,” jelas Enny.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono juga tidak begitu mempersoalkan anggaran yang dihabiskan untuk penyelenggaraan pertemuan IMF-WB tersebut.

“Saya tidak mengatakan bahwa Rp880 miliar itu terlalu banyak. Itu cukup pas. Tetapi memang pemerintah ini terlalu panik ketika ada serangan medsos. Justru saya katakan, pertemuan ini menguntungkan Indonesia. Tapi sejauh mana pemerintah Jokowi bisa menggalang pendanaan IMF dan dari negara anggota IMF dan Bank Dunia untuk bisa mendanai daerah terkena bencana,” kata Arief.

Anggota Komisi XI DPR RI FPDIP Hendrawan Supratikno menegaskan, untuk sementara ini pertemuan IMF dan World Bank (WB) di Bali, baru menghasilkan Rp35 triliun dari Rp600 triliun yang ditawarkan untuk investasi di dunia.

“Tentu kerja keras delegasi Indonesia dalam pertemuan itu harus dilakukan agar nilai investasinya lebih besar lagi. Sehingga akan lebih bermanfaat untuk rakyat,” tegas Ketua DPP PDIP itu. (chan)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top