JAKARTA – Anggota Komite IV DPD RI Ghazali Abbas Adan mengingatkan, catatan sejarah bangsa ini harus konsisten kebenarannya. Ghazali juga berpesan agar sejarah ini harus independen dan tidak boleh ditunggangi oleh penguasa rezim, sehingga sejarah sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi.
“Sejarah ini harus konsisten kebenarannya, dimana kebenaran ini bisa berasal dari sumber-sumber informasi seperti buku pelajaran dan situs misalnya, jadi harus ada konsistensi dari lembaga atau otoritas tertentu untuk pencatatan sejarah Indonesia,” ujar Ghazali dalam Dialog Kenegaraan bertema “Rekonstruksi Sejarah Nasional dan Kontroversi Kelahiran Soekarno” di Gedung DPD RI, Rabu (10/16).
Menurutnya yang terpenting dari sejarah Indonesia adalah bagaimana kita menjalankan nilai-nilai dalam Pancasila. “Buku itu janganlah hanya ditaruh di tumpukan rak, tetapi dihafal dan dijalankan nilainya, termasuk nilai-nilai luhur Pancasila,” tandas senator asal Aceh itu.
Peran Soekarno dalam kemerdekaan Indonesia diakui Ghazali memang besar. Namun ia berharap jangan sampai masyarakat melupakan tokoh selain Soekarno, karena founding fathers yang berperan di kemerdekaan ini ada Bung Hatta, Natsir dan rekan lainnya.
Menanggapi soal kontroversi tempat lahir Soekarno, sejarahwan Asvi Warman Adam mengatakan bahwa museum harus menjadi rujukan bagi para pelajar maupun guru untuk mengetahui sejarah Indonesia.
“Saya pernah melihat adanya kesalahan dalam penulisan tempat kelahiran Presiden Soekarno saat saya mengunjungi sebuah museum. Pihak museum akhirnya memperbaiki kesalahan itu, tetapi perbaikannya hanya sekadarnya saja dengan menempel tulisannya dari Blitar menjadi Surabaya,” ucap Peneliti Utama LIPI tersebut. (chan)