JAKARTA – Usai dilantik dan diambil sumpahnya sebagai Presiden RI periode 2014-2019, Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato perdananya selama sekitar 10 menit, di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (20/10).
Di hadapan sekitar 1500 tamu undangan, Jokowi menyatakan bahwa pengucapan sumpah jabatan sebagai Presiden memiliki makna yang amat dalam, sekaligus menegaskan komitmennya untuk pekerja keras mencapai cita-cita bersama.
“Kini saatnya kita menyatukan hati dan tangan ini, saatnya kita bersama sama memanjatkan ujian sejarah berikutnya, yakni mencapai dan mewujudkan indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” ujar Jokowi pada pidato kenegaraan perdananya.
Presiden RI ke-7 ini menambahkan, bahwa tugas berat bangsa ini dapat dipikul bersama dengan persatuan, gotong royong serta kerja keras.
“Persatuan dan gotong royong adalag sarat bagi kita untuk menjadi bangsa yang besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keperpihakan dan perpecahan, dan kita tidak pernah betul-betul merdeka tanpa kerja keras,” timpalnya.
Pemerintahan yang bakal dipimpinnya, lanjut Jokowi, adalah bekerja untuk memastikan bahwa setiap rakyat di seluruh pelosok tanah air merasakan kehadiran pelayanan pemerintahan.
“Saya juga mengajak lembaga negara untuk bekerja dengan semangat yang sama dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing masing. Saya yakin negara ini akan semakin kuat dan berwibawa, jika semua lembaga negara bekerja memanggul mandat telah diberikan oleh konstitusi kita,” serunya.
Kepada para nelayan, para buruh, para petani, para pedagang bakso, para pedagang asongan, sopir, akademisi, TNI-Polri pengusaha dankalangan profesional, Jokowi menyerukan untuk bekerja keras dan bergotong royong. Kerena inilah momen sejarah, untuk bergerak bersama, untuk bekerja, bekerja dan bekerja.
Indonesia juga ingin hadir di antara bangsa- bangsa dan kehormatan dan martabat dengan harga diri. Indonesia mesti menjadi bangsa yang bisa menyusun perlengkapan sendiri, bangsa pasar yang kreatif yang bisa ikut mengembangkan bagi peradaban global.
“Kita harus bekerja dengan seberat-beratnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim, sebab samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama membiarkan laut, samudera, selat dan teluk. Kini saatnya kita kembalikan semuanya, sehingga Jalesveva Jayamahe sebagai semboyan nenek moyang kita yang berjaya di laut pada masa lalu bisa kembali membahana,” tegasnya.
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan bahwa Presiden dan Wapres tidak bisa membangun bangsa ini dengan sendiri atau pun jajaran pemerintahan saja. Tetapi membutuhkan topangan kekuatan bersama, kekuatan politik yang merupakan kesatuan seluruh bangsa.
“Lima tahun ke depan menjadi momentum pertarungan kita sebagai bangsa yang merdeka. Oleh sebab itu, bekerja, bekerja dan bekerja adalah yang utama. Saya yakin dan percaya dengan kekuatan bersama, kita akan mampu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia,” katanya.
Jokowi kemudian menegaskan, di bawah pemerintahannya Indonesia sebagai negara terbesar ketiga dengan penduduk muslim terbesar di dunia sebagai negara kepulauan dan sebagai negara terbesar di asia tenggara akan terus menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif. Hal ini diabdikan untuk kepentingan nasional yang ikut serta dalam menciptakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya atas nama pribadi, Wakil Presiden Mohammad Jusuf Kalla, dan atas nama Bangsa Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada Bapak Profesor Doktor Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Profesor Doktor Boediono yang telah memimpin penyelenggaraan pemerintahan selama 5 tahun terakhir ini,” ucapnya.
Terakhir, Jokowi mengajak seluruh elemen sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu hal yang pernah disampaikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Bung Karno, bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, kuat, makmur dan damai harus memiliki jiwa Cakrawati Samudra.
“Artinya, jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung. Sebagai kepala nahkoda yang dipercayakan, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar dan kita hadapi semua badai dan gelombang samudra, dengan kekuatan kita sendiri. Saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa merestui kita bersama,” pungkasnya. (fk/ap)