PARLEMENTARIA.COM – Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengatakan dakwah harus terus menerus tanpa putus termasuk di era millenial. Menurut dia, dakwah di erai millenial menuntut para dai untuk akrab dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya media sosial (medsos).
“Dakwah di era millenial bisa dilakukan dengan pendekatan teknologi informasi dan medsos, bisa juga dengan musik dan puisi,” ujar Cholil Nafis disela acara Halaqah Nasional Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI d Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Menurutnya, salah satu metode menyampaikan dakwah, menurutnya adalah dengan menyesuaikan mad’u (objek dakwah). “Pola ini yang harus kita sasar kepada mereka untuk memberikan informasi terbaik. Kita melakukan pola berdakwah cara mereka dengan senang, dakwah di mall, bersepeda, dan sebagainya,” ujar Cholil
Cholil juga mengatakan saat ini generasi millenial diberkahi dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya medsos. Perkembangan ini pun harus dibarengi dengan nilai keagamaan dan moral agar tidak terbawa dan menjadikan berkat ini sebagai sesuatu yang membawa pada kehancuran.
Menurutnya, kemampuan dan perkembangan zaman ini bisa menjadi kebaikan mana kala diberi jiwa-jiwa keagamaan dan nilai moral. Jika mereka hidup dengan alam teknologi, kebebasan, dan keterbukan tanpa dua nilai tadi, yang terjadi adalah kehancuran.
“Alat dan perkembangan teknologi yang sudah baik dan modern ini harusnya bisa dimanfaatkan dengan baik juga. Lebih-lebih mendukung bagi generasi millenial,” kata Cholil seraya menambahkan generasi millenial juga sangat menghargai waktu. Mereka on time, kalau telat hadir kiainya ditinggal,” selorohnya.
Meski terlihat tak formal, ia optimis pesan-pesan dakwah lebih mudah diterima generasi millenial yang serba menginginkan instan. Maka itu, para da’i harus kreatif dalam menciptakan inovasi dakwah melalui media sosial seperti menjadi selegram video berdurasi pendek.
“Para da’i nantinya akan kita bekali pelatihan seperti public speaking, teknik aplikasi video editing dan kemampuan menarasikan gagasan dalam bentuk tulisan. Sehingga, kalau dulu mereka (mad’u) menunggu Ustaznya berjam-jam, dengan aplikasi yang ada, dakwah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat,” katanya.
Mengenai tantangan dakwah seperti pendangkalan aqidah yang rentan menyasar generasi millenial, Cholil menuturkan kerja-kerja dakwah untuk langsung menyasar ke mad’u tidak hanya dilakukan MUI, tapi juga harus bekerjasama dengan Ormas/lembaga yang konsen di dakwah.
“Sehingga, dengan workshop seperti ini diharapkan dapat mengisi ruang sosial masyarakat dengan konten baik. Seperti lagu nikah beda agama, kita tidak bisa marah, tapi harus ditandingi dengan lagu bahwa agama harus melampaui segalanya, termasuk cinta kepada manusia,” ujarnya.
Halaqah diikuti ratusan peserta dari pengurus MUI dan ormas Islam, dibuka oleh Wakil Ketua Umum MUI Prof Dr Buya Yunahar Ilyas. Halaqah juga diisi materi literasi perbankan syariah, paparan dakwah di era miilenial serta sosialisasi pedoman dakwah MUI. (KS)