PARLEMENTARIA.COM – Akibat curah hujan yang tinggi, sebanyak empat kabupaten/kota di Sumbar dilanda banjir dan longsor. Keempat daerah tersebut adalah Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Sawahlunto. Secara keseluruhan, wilayah Sumbar bersiaga menghadapi banjir dan longsor.
Data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, di Pasaman terdapat beberapa kecamatan yang terendam banjir. Namun yang paling mengkhawatirkan adalah Kecamatan Lubuk Sikaping dan Kecamatan Bonjol. “Di Lubuk Sikaping, tepatnya di Nagari Sundata terdapat 80 rumah yang terendam banjir. Sementara di Simpang Bonjol, ketinggian air hanya mencapai 30 centimeter. Namun arusnya cukup, sehingga dapat membahayakan pengendara yang lewat,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, Rumainur, Kamis (11/10) malam.
Di Kabupaten Pessel, banjir, longsor dan pohon tumbang melanda tiga titik di Kecamatan Bayang. Rumainur mengatakan bahwa material longsor dan pohon tumbang di Bayang telah dibersihkan dan sudah dapat dilalui. Selanjutnya, di Kabupaten Tanah Datar banjir bandang menghantam Nagari Tanjubg Bonai, Kecamatan Lintau. Menurut laporan masyarakat yang diterima BPBD, terdapat korban jiwa akibat peristiwa tersebut. Akan tetapi pihak sendiri, ucap Rumainur, hingga saat ini belum menerima informasi pasti terkait hal tersebut.
Lantas ada longsor kecil dan pohon tumbang juga melanda sepanjang jalan raya Silungkang-Muaro Kalaban. Longsor dan pohon tumbang telah dibersihkan oleh masyarakat dan telah dapat dilalui seperti biasa. “Untuk saat ini, baru itu infomasi yang kami terima. Kendati begitu, kami tetap mengimbau kepada seluruh masyarakat Sumbar untuk senantiasa siaga dan waspada, karena bagaimanapun hampir semua wilayah di Sumbar berpotensi banjir dan longsor,” ujarnya.
Dilansir dari Prokabar.com, sejumlah titik di Kabupaten Agam juga dilanda banjir dan pohon tumbang, Kamis (11/10). Hal tersebut membuat Tim Gabungan BPBD, Damkar, Dinsos, PMI, Tagana, KSB dan Perangkat Camat dan Nagari siaga dan turut serta membersihkan material pohon tumbang maupun evakuasi korban terkena banjir.
Menurut Kalak BPBD Agam, Muhammad Lutfi bersama Kabid Koordinator Lapangan, Wahyu Bestari, banjir terjadi di Jorong Puduang, Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari. Merendam rumah warga sebanyak 10 Unit, terdampak sebanyak 55 Jiwa dan kedai 2 unit dengan ketinggian air mencapai 50 hingga 70 cm.
Sedangkan pohon tumbang terjadi di kelok 12, Jorong Pasa Maninjau, Nagari Maninjau Kecamatan Tanjung Raya. “Kejadian sekitar pukul 19.00 WIB itu menutupi jalan, sehingga jalan tidak bisa dilewati. Dan saat ini petugas masih berjuang melakukan pembersihan material pohon tersebut,” kata Lutfi.
Kejadian ketiga, adanya Banjir di Jorong Sungai Nibung, Nagari Tiku Selatan, Kecamatan Tanjung Mutiara. Merendam rumah Sabarina (59) bersama istri dan cucu perempuannya serta Peron Sawit milik Men (50). “Jalan sepanjang 250 hingga 300 meter dengan ketinggian 30-60 cm di Jorong Sungai Nibung, Nagari Tiku Selatan juga terendam,” ungkapnya.
Sementara itu, banjir juga terjadi di Jorong Gasan Kaciak, Nagari Tiku Selatan, Kecamatan Tanjung mutiara. Dampak banjir merendam dua unit rumah warga. Yakni milik Syahrial (42) bersama seorang istri dan 4 orang anak. Satu rumah lagi milik Fadil (35) bersama istri dan 3 orang anaknya. “Banjir di Jorong Gasan Kaciak diduga kuat disebapkan meluapnya Batang Aia Ambai Tiyuang, Batang Aia Lakok Uak, Batang Aia Lakuak Sana,” tutup Lutfi.
Pasaman kian parah
Belum beres penanganan musibah banjir di tiga kecamatan di Kabupaten Pasaman, kini banjir mulai melanda dua kanagarian di Kecamatan Bonjol, Ganggo Hilir dan Koto Kaciak, Kamis (11/10) malam ini. Informasi yang dihimpun harianhaluan.com, dua unit jembatan gantung yang berada di Kampung Jambak dan Padang Baru, Nagari Ganggo Hilia hanyut diterjang banjir. Banjir juga menggenangi SMKN 1 Bonjol beserta sejumlah rumah warga disekitarnya.
Tidak hanya di Ganggo Hilia, ternyata banjir juga menggenangi jalan lintas Sumatera serta perumahan warga di Simpang Tiga, Kumpulan, Nagari Koto Kaciak. Hingga berita ini dikirimkan, warga masih berjaga-jaga, antisipasi bencana banjir.
“Jalan lintas Sumatera, ruas Kumpulan masih bisa dilewati kenderaan meski badan jalan sudah digenangi air. Tapi, sejumlah rumah warga sepanjang jalan sudah terendam air dengan ketinggian yang bervariasi,” kata seorang warga, Fajar.
Wali Nagari Ganggo Hilia, Bondan Kusbianto mengatakan, sejumlah rumah terendam. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak sore hingga malam ini membuat Batang Masang meluap. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
“Info yang dapat malam ini, jembatan Rajang Padang Baru dan Kampung Jambak jebol diterjang air bah. Jalan raya juga terendam. Kuliner Mega Wisata Bonjol, juga terendam. Namun belum ada laporan korban jiwa,” kata Bondan.
Bondan pun meminta agar seluruh warganya berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan terhadap banjir yang lebih besar. Sebab, kata dia, kawasan Bonjol dan sekitarnya masih dilanda hujan lebat hingga malam ini. “Kami informasikan pada seluruh masyarakat Bonjol. Untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah. Bagi warga kami yang tinggal dekat dengan sungai, perbukitan agar waspada. Semoga nagari kita di lindungi dari semua bencana,” pinta Bondan.
BPBD setempat belum bisa menghitung jumlah kerugian dan mendata kerusakan akibat bencana tersebut. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasaman, Maspet Kennedy saat ditemui di kantornya, Kamis (11/10) menyebutkan, bahwa pihaknya masih kewalahan mendata sejumlah kerusakan akibat bencana banjir di daerah tersebut. “Kita masih kewalahan ini. Data spesifik belum bisa direlis ke media. Sebab, petugas masih disibukkan penanganan bencana di daerah terdampak,” ucap Maspet.
Namun, kata Maspet, kerusakan terparah dari bencana banjir tersebut melanda kawasan Rao, Rao Selatan dan Panti. Banjir tersebut, kata dia, merusak tiga unit jembatan. “Jembatan gantung Lubuk Aro, putus. Jembatan Kubu rusak berat sama dengan jembatan di Rumbio, Rao Utara. Baru itu yang bisa kami sebutkan,” katanya.
Disinyalir, banyaknya wilayah terdampak bencana di daerah itu menjadi salah satu penyebab lambannya pihak BPBD menyajikan data kerusakan ke publik. Hingga saat ini, sejumlah perkampungan warga masih terendam banjir. Seperti di Kampung Pancah, Nagari Lubuk Layang, Rao Selatan. Debit air masih mencapai ketinggian satu meter. Banjir menyebabkan akses jalan dari Lansekkadok menuju Silayang, Mapattunggul Selatan terputus. Disini, warga berharap bantuan perahu karet
Selanjutnya, di Jorong 1 Lubuk Layang, Jorong 3 Padang Nunang, Jorong 4 Kubu dan Jorong 5 Curanting, Nagari Lubuk Layang. Dilaporkan puluhan rumah warga masih terendam dengan ketinggian 40-60 centimeter. Terbaru, kata Maspet, bencana tanah longsor melanda kawasan permukiman warga di Ganting, Nagari Lubuk Layang, Kecamatan Rao Selatan. Pihaknya, kata dia, belum bisa memastikan jumlah kerusakan akibat peristiwa itu. “Tadi pagi kita mendapatkan telepon dari anggota dewan dari Dapil itu, pak Adel. Beliau melaporkan telah terjadi bencana longsor, menimpa rumah, sawah dan jalan. Untuk korban jiwa, belum bisa kita pastikan,” katanya.
Sementara Bupati Pasaman, Yusuf Lubis, kepada wartawan mengatakan, akan mengunjungi daerah terdampak bencana terparah siang ini. Setelah itu, kata dia, barulah pemerintah daerah mengambil sikap.
“Saya belum bisa kasih komentar, sebelum saya tinjau dulu ke lapangan seperti apa. Rencananya, nanti siang setelah sidang paripurna di DPRD saya akan tinjau. Ini mau ke Cubadak, Duokoto dulu,” tukas Yusuf Lubis.
Terkait proses pendataan tersebut, Dinas Sosial Pasaman belum bisa mendistribusikan bantuan pada masyarakat yang terdampak banjir. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pasaman, Efka Emi, saat dihubungi wartawan. Menurut dia, untuk penyaluran bantuan pihaknya harus mengetahui terlebih dulu jumlah korban dan kerusakan fasilitas akibat bencana itu secara rinci dan mendetail.
“Kita belum mendapat data dari BPBD, akibat bencana banjir disejumlah kawasan. Kita tau banjir baru melalui media sosial. Belum ada laporan dari BPBD atau nagari yang terdampak banjir,” jelas dia.
Untuk bantuan sendiri, sebut dia, pihaknya sudah menyediakan sejumlah barang berupa tenda dan makanan cepat saji di kantornya. Namun untuk penyaluran harus berdasarkan data dari BPBD terlebih dahulu.
“Bantuan ada, semua standby di kantor, termasuk petugasnya. Hanya perlu menunggu data dari BPBD saja,” pungkas Efka Emi.
100 Warga Terisolasi
Seratusan warga Koto Panjang, Nagari Lansekkadok, Kecamatan Rao Selatan masih terisolasi, Kamis (11/10). Akibat, akses jalan Lansek kadok-Silayang, Mapattunggul Selatan terputus pascabanjir pada Selasa lalu. Rakit dari batang pisang menjadi satu-satunya sarana transportasi bagi warga setempat. Ironisnya, untuk mendapatkan jasa rakit, setiap warga harus merogoh kocek sebesar Rp10 ribu untuk sekali jalan.
Salah seorang warga, Rafnel (51) menuturkan, setiap warga yang ingin menggunakan jasa rakit dari batang pisang akan dikenakan biaya. Hal itu tidak bisa dielakkan, karena rakit satu-satunya sarana transportasi bagi warga setempat.
“Cuma rakit satu-satunya. Baik itu bagi warga Koto Panjang maupun warga Silayang yang ingin pergi ke Rao atau Tapus untuk berbelanja,” katanya.
Rinel (37), seorang pedagang ayam mengaku terpaksa menggunakan jasa rakit untuk mengakses kawasan itu. Sebab, kata dia, banjir juga merendam jalan alternatif lainnya. Seperti, Pancahan-Sawah Tarok dan Padang Beriang-Rojang. “Jalan alternatif lainnya juga terputus. Yang dekat dan aman cuma ini, meski harus pakai rakit. Saya mau ke Silayang. Dari sini lebih dekat,” ujarnya.
Terpisah, Wali Nagari Lubuk Layang, Ermin mengatakan, ratusan KK di nagari itu membutuhkan bantuan beras dari pemerintah setempat. Pasalnya, stok beras milik mereka rusak setelah terendam banjir semalaman. “Kebutuhan yang paling mendesak dari warga terdampak bencana adalah sembako, khususnya beras,” ujarnya.
Ermin mengatakan, sekitar 500 rumah warga terendam banjir di delapan kejorongan. Banjir juga merusak ratusan hektar kolam ikan siap dan sawah siap panen. Kerugian sementara akibat peristiwa itu mencapai Rp2 miliar.
“Sekitar 500 unit rumah terendam dari Jorong 1 hingga di Jorong 8. 300 hektar kolam ikan disapu banjir. 150 hektar sawah gagal panen. Kita perkirakan kerugian bisa mencapai Rp2 miliar. Terbesar pada kolam ikan yang saat ini hendak panen,” kata Ermin.
Selain itu, kata Ermin, sekitar 45 KK di Jorong Kubu, Nagari Lubuk Layang masih terisolasi hingga saat ini. Itu akibat terputusnya jembatan gantung sebagai akses satu-satunya ke perkampungan tersebut. “Jorong 4 Kubu hingga saat ini belum bisa diakses, masih terisolasi. Selain jembatan putus, hanyut dihantam banjir, lahan pertanian seperti sawah dan ladang jagung juga rusak,” katanya. (sumber haluan)
