PARLEMENTARIA.COM – Ketua DPD RI Oesman Sapta mengatakan, salah satu tantangan berat yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah merebaknya dua paham besar, yakni paham liberalisasi dan radikal.
“Atas nama kebebasan dan demokrasi, dua paham ini telah bergerak secara radikal ke anak-anak ibu pertiwi. Dua paham tersebut telah masuk ke masyarakat kita dengan mempertentangkan antara Pancasila dan agama,” kata Oesman Sapta ketika memimpin Sidang Bersama DPR RI-DPD-RI, di Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Agenda utama Sidang Bersama DPR RI-DPD RI mendengarkan Pidato Kenegaraan Presiden Dalam Rangka Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia. Sidang Bersama DPR RI-DPD RI itu secara rutin digelar setiap tahun sejak 2010 dengan pimpinan sidang dilakukan secara bergantian. Tahun ini yang menjadi pimpinan sidang adalah dari DPD RI.
Lebih lanjut Oesman Sapta mengatakan, Pancasila sebagai solusi bijak yang telah menjadi konsensus final dalam kehidupan bernegara dan bernegara, telah dikaburkan oleh mereka. “Sungguh, ini merupakan tantangan besar buat kita semua. Jika kita lengah, tidak mustahil Indonesia akan tereduksi. Namun kita harus selalu optimis,” kata senator dari Kalimantan Barat itu.
Karena itu menurut Oesman Sapta, Pancasila sebagai filsafat dalam berbangsa dan bernegara harus terimplementasi secara terstruktur, sistematis, dan massif di semua lapisan masyarakat. Mulai dari kalangan elit hingga masyarakat yang bersandal jepit. Mulai dari anak-anak dan remaja, hingga kalangan yang sudah dewasa.
Menurut Oesman Sapta, Nation and Character Building harus menjadi bagian dalam upaya peningkatan Sumber Daya Manusia di Indonesia. Dunia pendidikan harus selalu melahirkan generasi yang Berjiwa Indonesia, Berjiwa Pancasila.
“Sangat relevan pesan dari Bung Karno yang mengatakan bahwa Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
Pesan itu juga mengingatkan kita tujuan dari pendiri bangsa, yakni Indonesia dibangun oleh Satu untuk Semua, Semua untuk Satu, Semua untuk Semua,” ujar Oesman Sapta. (chan)