PARLEMENTARIA.COM – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Zulkifli Hasan menegaskan, pemilihan umum (pemilu), baik pilpres maupun pileg akan berlangsung dengan damai jika semua pihak taat terhadap konstitusi.
“Untuk mencapai pemilu yang damai itu tentu ada syaratnya, yaitu mengikuti konstitusi,” kata Zulkifli Hasan ketika membuka Press
Gathering Wartawan Parlemen bertema “Etika Politik Dalam Pemilu 2019”, di Bandarlampung, Jumat (22/3/2019) malam.
Konstitusi yang dimaksud Zulkifli Hasan adalah UUD NRI 1945, Pasal 22 e, ayat 1 yang berbunyi bahwa pemilu dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (luber dan jurdil). “Untuk mencapai pemilu damai itu adalah sesuai konstitusi. Kalau pemilu itu berlangsung dengan luber dan jurdil maka pemilu itu akan damai,” kata Zulkifli Hasan sembari meminta semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan pemilu, baik KPU dan Bawaslu maupun aparat penegak hukum untuk netral.
Pemilu Bukan Perang
Indonesia sebagai negara demokrasi Pancasila, kata Zulkifli Hasan, pemilu merupakan sebuah kelaziman dan agenda rutin lima tahunan dalam
memilih presiden dan wakil presiden dan anggota legislatif maupun kepala daerah.
“Pemilu itu untuk memperbarui komitmen, kemitraan antara rakyat dengan pemimpinnya dan wakilnya di lembaga perwakilan dalam setiap lima tahun. Negara yang demokratis ya begitu, menyelesaikannya dengan demokrasi, bukan perang, titah, dan sebagainya, tetapi dengan pemilu,” tegasnya.
“Berkali-kali saya katakan bahwa pemilu itu bukan perang. Salah besar jika ada yang menyatakan bahwa pemilu adalah perang total, apalagi
perang badar. Itu keliru, itu memprovokasi. Urusan kita itu memilih. Maka harusnya pemilu itu menggembirakan dan damai,” kata Ketua umum
Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Zulkifli Hasan tidak begitu mengkhawatirkan panasnya suhu politik menjelang hari pencoblosan tanggal 17 April. Titik rawan konflik dalam
Pemilihan Umum serentak 2019 ini adalah sesudah hari pencoblosan selesai. Terutama jika hasil pemungutan suara bedanya tipis.
“Saya tidak khawatir dari hari ini sampai 17 April nanti tetapi tanggal 20 itu yang saya khawatirkan. Jika hasilnga beda tipis dan
keduanya mengklaim sama-sama menang,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Zulkifli Hasan mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemberitaan media mainstream yang dinilai sudah tidak
menunjukkan kenetralannya. “Bolehlah berpihak, tapi jangan jadi pemain sebagai tim sukses yang over,” harapnya.
Apabila mainstream berlaku seperti tim sukses, dia mengkhawatirkan akan ditinggalkan publik dan akan lebih percaya media sosial. “Dan
jangan salahkan media sosial bermanuver,” jelasnya.
Untuk itulah, dalam waktu yang tinggal puluhan hari ini, kata Zulkifli, sebaiknya media memberikan konten-konten yang lebih
menyejukan. “Janganlah membuat provok,” harapnya.
Harapan yang sama juga disampaikan Kepala Biro Humas Setjen MPR Siti Fauziah. Dia meminta media massa menyampaikan berita yang menyejukan agar pesta demokrasi yang menjadi amanat konstitusi itu berlangsung dengan damai.
Pada acara tersebut juga dihadiri Kepala Badan Kesbangpol Lampung Irwan Sihar Marpaung, dan dua anggota MPR sebagai pembicara yaitu
Alimin Abdullah (PAN) dan Al Muzammil Yusuf (PKS) yang keduanya merupakan dapil dari Lampung. (sam)