PARLEMENTARIA.COM– Debat perdana pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) di Gedung Pertemuan Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1) malam mendapat kritik dari publik termasuk wakil rakyat.
Salah satu wakil rakyat yang mengkritik debat capres-cawapres ini adalah Anang Hermansyah. Anggota DPR RI dari Komisi X DPR tersebut mengkritik materi debat yang tidak menyinggung soal penegakan hak cipta.
“Debat perdana capres-cawapres memberi pesan penting bahwa intelektual property tidak mendapat perhatian dari para pasangan calon. Saya benar-benar kaget dengan materi debat,” kata Anang dalam keterangan pers yang diterima Parlementaria.com, Jumat (18/1).
Padahal, kata musisi kondang tersebut, persoalan penegakan hukum cipta menjadi pokok masalah di sektor kreatif di Indonesia. Semestinya, paslon capres-cawapres memberi perhatian serius jika ingin menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian di Indonesia.
“Saya menjadi paham, persoalan penegakan hak cipta tidak dijadikan materi debat, pantas saja UU Hak Cipta tidak jalan. Pantas saja, pelanggaran hak cipta masih marak di negeri ini,” ujar Anang.
Musisi asal Jember ini juga mengkritik tentang tidak adanya komitmen para paslon capres-cawapres di persoalan penegakan hak cipta. “Saya jadi ragu komitmen calon presiden RI atas masa depan intelektual property di tanah air. Paslon hanya menjadikan seniman dan pekerja seni hanya pemanis etalase ruang politik saja, tidak lebih,” kritik Anang.
Kendati demikian, Anang tetap berharap pada sesi debat berikutnya soal penegakan hukum terkait hak cipta mendapat porsi dari para paslon capres-cawapres.
“Masih ada empat kali debat. Saya tetap berharap, isu soal hak cipta agar disinggung oleh paslon. Ini isu penting bagi masa depan sektor kreatif kita,” demikian Anang Hermansyah. (art)