JAKARTA– Wakil Ketua MPR RI EE Mangindaan mengatakan, radikalisme dan paham ekstremis muncul akibat lemah serta sempitnya pemahaman keagamaan. Ini terjadi di semua agama. Akibatnya, radikalisme mengganggu anak bangsa terhadap pemahaman Pancasila.
Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua MPR RI EE Mangindaan dalam sosialisasi Empat Pilar MPR dihadapan ratusan mahasiswa dan dosen Universitas Sam Ratulangi Manado, Kamis (8/12).
Selain radikalisme, ungkap politisi senior Partai Demokrat itu, tantangan kebangsaan yang saat ini dihadapi Indonesia adalah pengabaian kepentingan daerah serta fanatisme kedaerahan.
Dalam pilkada, kata Gubernur Sulawesi Utara 1995-200 tersebut, fanatisme kedaerahan ini muncul. “Sikap primodialisme terjadi. Seolah-olah yang bisa menjadi kepala daerah hanya putra asli daerah. Hal ini mengganggu kebhinekaan kita sebagai bangsa Indonesia,” kata Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini.
Menurut Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini, tantangan kebangsaan juga muncul dari ulah para penguasa yang sewenang-wenang.
“Ketika menjadi pemimpin, seolah semua milik dan dibawah kekuasaan kepala daerah itu. Padahal, kedaulatan adalah di tangan rakyat. Untuk itu keadilan hukum harus ditegakan.”
Selanjutnya, kata Ketua Komisi II DPR RI 2004-2009 tersebut, kesenjangan sosial juga merupakan salah satu tantangan kebangsaan, yaitu masih adanya kemiskinan dan pengangguran.
Bahkan terjadi kesenjangan yang besar antara masyarakat kaya dengan miskin. (art)