Pengawasan

Merubah Persepsi Kurs Jangan Sampai Diarahkan Ketergantungan Ekonomi ke Cina

heri-gunawanJAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan menilai pernyataan Presiden Joko Widodo yang ingin merubah persepsi kurs rupiah terhadap dollar AS yang selama ini menjadi tolok ukur kondisi fundamental ekonomi nasional, diharapkan tidak mengubah pula ketergantungan Indonesia pada negara lain, seperti Cina dan Jepang.

“Permintaan Jokowi untuk mengubah persepsi ketergantungan rupiah terhadap dollar AS jangan sampai menimbulkan persepsi baru bahwa ekonomi kita sedang diarahkan untuk bergantung ke negara lain, yaitu Cina,” kata Heri Gunawan dalam rilis, Rabu (7/12).

Seperti diketahui, Presiden Jokowi berargumen tidak relevannya dollar AS untuk menggambarkan fundamental ekonomi Indonesia, lantaran AS bukan mitra dagang terbesar Indonesia. Ekspor Indonesia ke AS hanya 10-11 persen dari total ekspor.

Untuk itu, kurs rupiah terhadap dollar AS seharusnya tidak mendominasi persepsi perekonomian Indonesia. Sebaliknya, ekspor ke Cina mencapai 15,5 persen dan Jepang 10,7 persen. Jadi, mata uang Yen dan Yuan dinilai paling representatif untuk menggambarkan ekonomi nasional.

Heri menanggapi, nilai ekspor Indonesia yang rendah ke AS tidak harus direspon dengan mengubah persepsinya. Walau ekpornya rendah, tapi tren perdagangan dengan AS selalu menunjukkan surplus. Sebaliknya, dengan Cina justru cenderung defisit. “Tidak ada aturan standar tentang acuan kurs. Ini hanya soal persepsi perdagangan dan nilai tukar,” katanya.

Sebenarnya menurut dia, langkah paling efektif untuk menghindari pengaruh penguatan mata uang asing terhadap rupiah bukan bergantung pada negara luar, namun seberapa kuat dan mandiri ekonomi kita terhadap negara lain. “Semakin kita bergantung ke suatu negara, maka naik-turunnya rupiah juga akan sangat dipengaruhi oleh dinamika ekonomi di negara tersebut,” jelas Heri.

Heri menyerukan, yang paling penting dari diskursus ini adalah kemandirian ekonomi nasional yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Tak berpengaruh persepsi ekonomi nasional didasarkan pada kurs rupiah terhadap AS, Cina, atau Jepang. Semuanya, kata Heri, sama saja. Justru persepsi tunggal yang terbentuk adalah ekonomi kita bergantung ke bangsa lain. Ini sebuah paradoks. (esa)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top