JAKARTA– Warga Nahdlatul Ulama (NU) salah satu garda terdepan dalam membangun bangsa Indonesia. Itu sudah dilakukan warga NU sebelum kemerdekaan serta pasca kemerdekaan sampai sekarang.
Hal itu dikatakan Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang yang akrab dengan panggilan OSO saat menyampaikan sosialisasi Empat Pilar dihadapan ribuan peserta pada Kongres XVII Muslimat NU di Wisma Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (24/11).
Bahkan pada kesempatan tersebut, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) itu, memuji kontribusi warga NU kepada bangsa dan negara Indonesia.
Dalam mengisi kemerdekaan pada era pembangunan seperti saat ini, kata OSO, Muslimat NU banyak melakukan pendampingan terhadap kaum wanita dan anak-anak.
Organisasi ini banyak melakukan kegiatan khususnya pada bidang pendidikan. Karena itu, MPR sebagai salah satu lembaga tinggi negara, berkepentingan menyampaikan sosialisasi empat pilar kepada para anggota Muslimat.
Dengan sosialisasi Empar Pilar MPR RI ini diharapan. para muslimat NU tersebut mereka tidak hanya menerapkan dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga menyampaikannya kepada anak didik serta keluarga mereka.
“Ibu adalah guru pertama buat putera dan puteri mereka. Ibu bakal mengajarkan kasih sayang dan saling menghormati kepada sesama umat khususnya anak bangsa. Kalau mereka menyampaikan sosialisasi kepada puetera dan puteri mereka, tentu anak-anak itu akan mendengarkan dengan seksama.”
Dikatakan, buat kalangan waega NU, masalah Empat Pilar bukan hal yang baru. Sejak lama Nahdlatul Ulama sudah menerima Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI, OSO lebih dahulu mengikuti prosesi pembukaan Kongres XVII Muslimat NU. Acara itu dibuka Presiden Joko Widodo yang ditandai pemukulan rebana oleh Jokowi. Dia didampingi Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siraj, Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Mentri agama Lukman Hakim Saifuddin, Seskab Pratikno dan sejumlah pejabat tinggi negara. (art)