JAKARTA – Anggota MPR RI dari FPKB H. Jazilul Fawaid MAg menegaskan, Indonesia menjadi negara maju dan disegani dunia global saat ini kalau nilai-nilai Pancasila diamalkan dengan baik dan bertanggungjawab. Pngamalan Pancasila itu, baik di bidang agama, sosial politik, ekonomi, industri, pendidikan, budaya, dan sebagainya. Sebaliknya kalau mau menghancurkan Indonesia, maka dengan menghancurkan Pancasila.
“Jadi, memaknai nilai-nilai kepahlawanan yang diperingati setiap tanggal 10 November sebagai buah perjuangan para pendiri bangsa ini dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” kata Jazilul Fawaid a Dialog Empat Pilar MPR bertem ‘Implementasi Hari Pahlawan dan Mengenali Kembali Jati Diri Bangsa’ bersama sejarawan UI JJ Rizal di Gedung MPR RI Jakarta, Senin (14/11).
Karena itu kata Jazil – sapaan akrab Jazilul Fawaid, memaknai Indonesia ini harus dengan spirit Pancasila yang memang tidak bertentangan dengan semua ajaran agama, khususnya Islam.
Hanya saja nilai-nilai itu mulai luntur khususnya di kalangan anak-anak. Karena itu Jazil meminta kita untuk terus-menerus menanamkan di dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dimana heroisme itu adalah kelutusan, keihklasan, dan kesungguhan, dalam pengabdian, perjuangan untuk melayani masyarakat di berbagai kehidupan.
Khusus bagi para elit negeri ini kata Jazil, dalam mengelola negara harus berpijak pada nilai-nilai Pancasila. “Kita coba tawarkan ke dunia bagaimana demokrasi Pancasila ini terbukti mampu memelihara kedamaian, kententraman, persatuan, persaudaraan dalam keragaman, kemajemukan, dan kebhinnekaan di tengah konflik dan perpecahan umat Islam di Timur Tengah, Pakistan, Afghanistan, dan negara Islam lain yang gagal merawat negaranya,” tambahnya.
Rizal mengakui saat ini semakin sulit mencari pahlawan atau teladan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kembali mengambil pelajaran dari para tokoh yang sudah wafat khususnya mereka yang dianggap sebagai Pahlawan Nasional. Mengapa? “Mereka inilah yang telah mewariskan nilai-nilai kepahlawanan yang harus dilakukan oleh generasi muda sekarang dan mendatang,” katanya.
Sementara yang memiliki peran utama untuk pengejawantahan nilai-nilai itu adalah institusi pendidikan sebagai rumah kebudayaan dan rumah sejarah. Hanya saja menurut Rizal, kini tidak tercermin dalam institusi pendidikan sebagai instrument institusi budaya. Karena itu problem bangsa ini sekarang bukan brand, tapi revitalisasi ide nation.
Revitalisasi idenation kembali ke Pembukaan UUD 1945, Pancasila dan sejarah perumusan persiapan Indonesia merdeka. Namun, kini kata Rizal, makin rumit, karena mayoritas elit bangsa ini tak bisa bicara nation, kebangsaan karena gagal mentransfer knowledge, pengetahuan, akibat tidak lagi senang membaca buku, kecuali buku rekening. “Elit negara ini hanya senang baca buku rekening,” pungkasnya. (esa)