Daerah

10 Ribu Jiwa di Limapuluh Kota Terancam Longsor

longsorLIMAPULUH KOTA – Bencana besar mengancam ribuan warga Nagari Baruah Gunuang dan Sungai Naniang, Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Limapuluh Kota. Pasca long­sor yang melanda dua nagari tersebut setahun lalu, hingga kini tanah per­bukitan itu terus bergerak. Akibat­nya, jalan terbelah, rumah penduduk pun retak-retak bahkan ada yang hancur akibat pergerakan tanah tersebut.

Pantauan Haluan, puluhan kilometer ruas jalan utama penghubung kedua nagari tersebut tak ada yang rata. Jalan amblas bahkan sudah ada ruas jalan yang terban ke dalam jurang akibat dikikis air perbukitan. Tak hanya itu, kondisi tanah di kedua nagari yang terletak di kawasan per­bukitan tersebut sudah retak akibat adanya pergerakan tanah yang terus terjadi sampai detik ini.

“Jalan ada yang terbelah akibat pergerakan tanah. Tanah tak rata lagi, aspal jalan terkelupas. Belum lagi lumpur dan batuan yang jatuh dari tebing sampai ke badan jalan. Begitulah kondisi jalan peng­hubung utama di daerah kami ini. Mau tidak mau jalan tersebut harus kami manfaatkan. Karena tidak ada akses jalan lain untuk dilewati kecuali jalan rusak ini,” terang Andi, warga setempat saat ditemui di Sungai Naniang, Sabtu (12/11) lalu.

Lebih menyedihkan, rumah-rumah berdinding tembok milik masyarakat setempat banyak yang retak dan menganga akibat ber­geraknya dasar tempat rumah itu berdiri. “Apalagi bila datang musim hujan seperti ini, membuat warga jadi was-was. Takut dengan ancaman longsor yang bisa saja terjadi. Kami sudah tak nyaman tinggal di sini, tapi mau pindah kemana?,”ucapnya lagi.

Memang, kondisi jalan sangat memprihatinkan dan tidak layak untuk dilalui. Namun masyarakat setempat tetap harus me­man­faatkan jalan itu, karena itulah akses penghubung satu-satunya antar nagari tersebut. Kendaraan roda empat dan roda dua tetap melewati akses jalan yang sama meski mengancam jiwa mereka. “Apabila melewati jalan tidak hati-hati, pengguna jalan bisa jatuh dan terbawa tanah ke jurang dan lembah yang ada disamping jalan,” ungkapnya.

Ketua DPRD Kabupaten Li­ma­puluh Kota Safaruddin sangat prihatin dengan kondisi yang terjadi di kampung halamannya. Di dua nagari tersebut, ucap Ketua DPD Golkar Limapuluh Kota itu setidaknya terdapat 9 ribu lebih penduduk yang menghuni Nagari Baruah Gunuang dan Nagari Sungai Naniang.

Menurut Safaruddin, DPRD Kabupaten Limapuluh Kota su­dah menyurati Gubernur Sumbar Irwan Prayitno terkait kondisi jalan dan kawasan Bukit Barisan pasca bencana 2015 lalu. “Tanah bergerak berawal sejak 2015 lalu. Gubernur pun sudah meninjau lokasi. Setelah itu, kita juga berupaya untuk menanggulangi Bukit Barisan pasca bencana ke Pemprov Sumbar. Gubernur di­surati tetapi dari keterangan gubernur seluruh penanganan sudah berbalik ke daerah,” terang Safaruddin.

Meski demikian, lanjut Safa­ruddin DPRD Kabupaten Lima­puluh Kota terus mendorong pemerintah daerah untuk serius menangani bencana di Bukit Barisan. “Dahulu pernah ada dana penanggulangan bencana sementara sebesar Rp 400 juta. Tetapi itu belum cukup untuk menangani bencana Bukit Bari­san ini. Karena itu kita mendesak bupati untuk penanganan ben­cana ini segera. Karena, hampir 10 ribu jiwa terancam,” terang Sa­faruddin.

Terpisah, Wakil Bupati Lima­puluh Kota Ferizal Ridwan me­ngatakan, perlu penanganan se­rius terhadap bencana Bukit Barisan. “Jangan tanggung-tang­gung dalam menangani bencana ini. Kita juga sudah mendesak instansi terkait agar secepatnya melakukan penanganan,” ucap Ferizal Ridwan.

Dijelaskan Buya, sapaan akrab Wakil Bupati, dengan rusaknya infrastruktur jalan, akan ber­dampak terhadap perekonomian masyarakat setempat. “Biaya hidup jadi tinggi. Belum lagi kecemasan terhadap ancaman longsor dari pergerakan tanah yang dirasakan masyarakat di saat memasuki musim hujan ini. Secara psikologi, masyarakat jadi terganggu,” terangnya. (hal/chan)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top