JAKARTA – Anggota Komisi I DPR Mahfuzd Siddiq mengatakan, rakyat tidak perlu khawatir bahwa TNI digerakkan untuk berhadap-hadapan dengan rakyat. TNI menurutnya berasal dari rakyat dan TNI adalah garda terdepan dalam pengamanan negara serta menjadi alat negara dalam situasi yang mengancam NKRI. Dengan demikian TNI jelasnya tidak peduli siapapun, jika ada yang mengancam NKRI, TNI akan bergerak untuk mengamankan.
“Doktrin yang tertanam dalam setiap prajurit TNI itu, NKRI harga mati. Dia menjadi garda terdepan dalam mempertahankan negara.Pemerintahan hanyalah bagian dari sebuah negara. Loyalitas TNI dalam konteksnya kepada presiden sebagai panglima tertinggi TNI adalah selama tidak membahayakan negara. Jadi rakyat tidak perlu khawatir jika ada pihak yang seolah-olah dapat memanfaatkan TNI,” ujar Mahfuzd di Jakarta, Minggu (13/11).
Mantan Ketua Komisi I ini mengaku banyak mendengar pertanyaan masyarakat akan sikap langkah presiden yang membingungkan. Dalam pernyataannya di hadapan para ulama dan tokoh ormas Islam, presiden selalu mengatakan tidak akan mengintervensi kasus hukum Ahok, tapi di satu sisi, banyak tindakannya yang bisa ditafsirkan sedang unjuk kekuatan. Seperti menyambangi Brimob, marinir, Kopassus dan lain-lain yang justru terlihat seperti ingin menakut-nakuti rakyat. Belum lagi beberapa aktivis mahasiswa dan tokoh politik yg mulai disasar oleh aparat keamanan.
“Ini tindakan politik yang aneh dan akan menimbulkan banyak pertanyaan. Masyarakat akan menilai pernyataan presiden tidak akan melindungi Ahok tidak tulus, karena dibarengi dengan isyarat unjuk kekuatan.
“TNI dengan semua unsurnya dalam UU sebagai alat pertahanan negara. Jadi tidak mungkin seorang presiden sekalipun boleh menggerakkan TNI untuk berhadapan dengan rakyat demi membela seorang Ahok. Ahok bukan negara. Bahkan presiden pun secara personal juga bukan negara,” tukas Mahfuzd.
Dia pun heran dengan sikap presiden Jokowi dalam kasus penistaan Al Quran ini karena sebenarnya yang dipahami oleh masyarakat yang punya masalah adalah Ahok, namun kenapa dalam hal ini Jokowi yang terlihat sibuk. ”Masyarakat yang cerdas akhirnya menduga-duga ada kaitan apa Ahok dengan presiden Jokowi. Maka muncul lah jelas Mahfudz dugaan kalau Ahok diproses hukum yang ketiban pulung.
Berbagai langkah presiden Jokowi ini pun membuat semakin banyak kalangan yang melihat bahwa ada gejala yang tidak beres di pemerintahan ini ada tanda-tanda abuse of power. Yaitu ketika presiden menggunakan berbagai instrumen kekuasaan untuk mengamankan satu perkara yg bukan agenda nasional dan bukan untuk kemaslahatan negara.
“Jika presiden tidak diingatkan maka sangat mungkin yg akan marah bukan saja kalangan umat Islam, tapi akan melebar ke kalangan aktivis pro-demokrasi.” Ujar Mahfuzd. (den/esa)