JAKARTA – Praktisi Teknologi Informasi, Ichwan Saychu menilai pooling online tidak bisa mengambarkan kondisi yang sebenarnya karena rawan dimanipulasi. Banyak cara menurut Ichwan yang bisa digunakan untuk memanipulasi pooling online karena sifat dari online yang maya.
“Pooling online tidak bisa dijadikan patokan untuk mendapatkan gambaran kondisi yang sebenarnya karena sangat rawan dan sangat mudah untuk memanipulasinya. Caranya sangat banyak dan pelaku bisnis dan penyedia jasanya juga banyak,”ujar Ichwan di Jakarta, Minggu (13/11) menanggapi pooling twitter yang dilakukan Iwan Fals terkait dukungan pada Ahok yang mencapai 50 persen.
Ichwan pun menjelaskan cara kerja penyedia jasa votting online. Mereka menurutnya memanfaatkan robot atau akun-akun palsu. “Kalau menggunakan facebook kita bisa melacak akun-akun yang mengikuti pooling dan salah satu ciri melihat bahwa akun tersebut adalah akun palsu atau robot biasanya profile akun tersebut tidak jelas. Misal tidak ada fotonya,tidak ada follower dan tidak memfollow orang lain,” tambahnya.
Akun-akun palsu ini juga tidak takut berbicara sembarangan, menyebar fitnah maupun berita hoax. ”Kalau untuk twitter seperti pada pooling Iwan Fals, yang bisa mengetahui siapa saja yang mengikuti pooling yah Iwan Fals sendiri apakah akun-akun peserta pooling tersebut asli atau aku palsu dan bayaran,” ujar Pria yang bekerja sebagai Search Engine Optimizer ini.
Rekayasa lain menurut Icwan pun bisa dilakukan jika pooling ini dirancang dengan baik, sehingga perserta pooling tersebut adalah perancang pooling tersebut sendiri sehingga bisa memainkan robot-robotnya karena orang awam tidak akan banyak yang mengetahui ada pooling itu.Dalam hal ini yang banyak mengetahui adalah para pendukung Ahok, sehingga wajar yang menang Ahok.
”Bisa disiapkan semuanya dengan baik. Misalnya waktu pooling dirancang untuk 24 jam. Dengan demikian maka tentunya yang tahu dan akan mengikuti pooling tersebut adalah perancang pooling itu sendiri dengan memainkan robot-robotnya. Masyarakat umum tidak akan banyak yang mengetahui dan oleh karena itu tidak ikut serta dalam pooling,” paparnya.
Dunia maya menurut Icwah memang kerap digunakan untuk membalikan opini dan fakta yang ada di dunia nyata. “Pooling ini saya kira tujuannya untuk membalikan fakta di dunia nyata bahwa sekarang mayoritas rakyat Indonesia dan juga Jakarta tidak menyukai Ahok. Yang real itu yah aksi 411 dan aksi-aksi penolakan Ahok di semua tempat yang didatanginya dalam kampanye,”katanya lagi.
Cara kerja dengan menggunakan robot dan buzzer bayaran ini menurutnya juga kerap digunakan dalam pemilihan artis-artis atau acara favoriter berdasarkan pooling online.”Artis-artis yang dipilih menjadi artis terpavorit juga kerap menggunakan jasa para buzzer ini.Jadi gak heran dalam pilkada maupun pilpres cara ini juga kerap digunakan,” tegasnya.
Di pasaran menurutnya juga banyak tersedia alat yang dijual untuk melakukan ini semua. Dengan dana yang besar menurut Icwah tidak sulit melakukan ini semua karena ada alat dan penjual jasa untuk melakukan ini semua ini. Inilah beda dunia maya dan dunia realitas.
”Seperti pada kasus Ahok ini, saya rasa mereka punya budget yang sangat besar karena semangat para pendukung Ahok ini luar biasa.Mereka bisa bayar iklan di facebook misalnya untuk me share soal Ahok. Berapa ribu yang dishare dan dilike itu bayar ke facebook misalnya Rp 15 satu share dan kalikan saja jumlahnya dengan ribuan akun,” tandasnya.
Sebelumnya Musisi Iwan Fals menggelar polling terbuka, melalui akun Twitter resmi, @iwanfals soal ‘andai Pemilihan Kepala Daerah Jakarta dilaksanakan sekarang siapa pilihanmu?’. Iwan Fals memulai polling pada hari, Sabtu (12/11) lalu. Hasil pooling ini tentunya sangat aneh ditengah isu demo besar-besaran menolak Ahok di seluruh Indonesia dan juga aksi penolakan Ahok di semua tempat yang dia datangi selama kampanye.
Polling sesuai nomor urut masing-masing calon gubernur DKI Jakarta, yang pertama Agus Harimurti Yudhouono, kedua Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dan ketiga Anies Baswedan. Polling diikuti sekitar 25 ribu pemilik akun Twitter.
Hasil dari polling yang diadakan oleh musisi yang terkenal lewat lagu berjudul Bento ini, menunjukkan, Ahok masih mendapatkan pemilih sekitar 60 persen, Agus 23 persen, dan Anies 18 persen.
Namun, polling itu menuai polemik antara yang pro dan kontra. Karena itu, Iwan Fals menggelar polling kembali dengan pertanyaan, ‘duh bikin polling kok pada berantem, jadi mending dihapus apa tidak ya polling?’.
Tapi, para pemilik akun Twitter, meminta agar hasil polling tidak dihapus. Dari 3 ribuan, yang memilih jawaban jangan dihapus sekitar 76 persen, sedangkan yang meminta untuk dihapus berkisar 24 persen. (den/esa)