Olahraga

Batalkan PON Remaja, DPR Nilai Pemahaman Pemerintah Tentang Olahraga Dangkal.

JAKARTA– Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, pemuda dan olahraga menyesalkan keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrowi yang membatalkan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja 2017.
Pesta olahraga remaja tersebut dijadwalkan digelar di Jawa Tengah, Juni tahun depan. “Kami dari Komisi X DPR RI menolak keputusan Menpora keberadaan PON Remaja ini sama dengan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas),” kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Sutan Adil Hendra dalam keterangan yang diterima Parlementaria.com, Selasa (8/11).

Wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Provinsi Jambi itu mengatakan, jika efisiensi anggaran menjadi alasan Kemenpora meniadakan event tersebut, hal itu menunjukkan dangkalnya pemahaman pemerintah tentang fungsi dan sasaran dari PON Remaja.

“Event ini penting untuk menghasilkan atlet potensial untuk level senior. Apalagi, belakangan prestasi olahraga Indonesia anjlok di kancah internasional Menpora terlalu memandang sempit PON Remaja dan POPNAS sebagai event yang sama,” tegas Sutan.

Menurut anggota Fraksi Partai Gerindra itu, dengan meniadakan PON Remaja, ini berarti akan ada kekosongan pembinaan di level junior. Padahal, event ini juga berfungsi mempersiapkan atlet untuk diturunkan di Asian Youth Games dan Youth Olimpic Games 2017. Sedangkan POPNAS lebih dipersiapkan untuk Asian School Games.

Untuk itu, Sutan meminta kepada Menpora dalam memutuskan sesuatu harus melibatkan KONI pusat untuk memberi masukan dan pertimbangan. Menpora harus mendengarkan pandangan dari pihak lain, seperti KONItul-betul paham dalam pembinaan olahraga di tanah air.

“Kita menilai ini akan menjadi kekosongan pembinaan antara level junior dan senior secara sistematis, apalagi peniadaan PON Remaja lebih disebabkan alasan efisiensi dan waktu,” kata politisi yang akrab dipanggil SAH itu.

Sebelumnya diketahui,Kemenpora berencana membatalkan pelaksanaan PON Remaja 2017 di Jawa Tengah dengan alasan efisiensi anggaran. Kepala Komunikasi Publik Kemenpora, Gatot S Dewa Broto mengatakan, pihaknya harus memilih salah satu antara, PON Remaja dan Popnas. Padahal, Popnas selama ini adalah Program Diknas.

Menurut Gatot, untuk memilih antara Popnas dengan PON Remaja ini pihaknya memang melakukan kajian sehingga diketahui keunggulan dan kelemahannya. Hanya saja, hingga saat ini pihaknya belum memberikan keputusan resmi terkait pembatasan PON Remaja yang rencananya digelar Juni 2017.

Dipilihnya Popnas, kata dia, karena kejuaraan ini mempertandingkan cabang olahraga yang banyak dipertandingkan pada kejuaraan-kejuaraan internasional. Sedangkan untuk PON Remaja cabang olahraganya dinilai tidak terlalu signifikan untuk jenjang berikutnya.

“Memang semuanya ada plus minusnya. Tapi harus segera punya sikap terkait hal ini. Kami juga akan mengirimkan surat ke Gubernur Jawa Tengah supaya persiapan yang dilakukan tidak terlalu jauh. Mumpung masih segini,” jelas Gatot.

PON Remaja yang sebelumnya menjadi jenjang atlet mempertandingkan 23 cabang olahraga dan batasan usia atlet yang bisa turun dikejuaraan ini adalah 17 tahun. Sedangkan Popnas yang dijadwalkan digelar di Jawa Tengah, September 2017 mempertandingkan 20 cabang olahraga. (art)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top