SEMARANG – Dihadapan ratusan mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, Wakil Ketua MPR Mahyudin mengungkapkan kekhawatiran terhadap keutuhan bangsa ini hingga 100 tahun ke depan.
“Siapa yang bisa menjamin bangsa ini utuh hingga 1000 tahun ke depan?” kata Mahyudin saat melakukan Sosialisasi 4 Pilar MPR bagi mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, di kampus perguruan tinggi itu, Rabu (26/10).
Politisi Partai Golkar tersebut mencontohkan sejumlah negara yang kuat dan kokoh akhirnya pecah. Seperti negara Uni Soviet yang kuat dan kokoh namun akhirnya negara itu pecah menjadi banyak negara. Ia pun juga mencontohkan Jugoslavia yang mengalami nasib yang sama dengan Uni Soviet.
Mahyudin bahkan mencontohkan Andalusia sebuah kerajaan di Eropa bagian selatan yang berdiri dengan kehebatan budaya, ilmu, dan kemajuan di bidang lainnya. “Namun setelah 500 tahun bediri, akhirnya ia runtuh,” paparnya.
Bangsa Indonesia yang sudah berdiri 71 tahun, kata Mahyudin, juga tak lepas dari rongrongan separatisme. Salah satu rongrongan yang disebut adalah Gerakan 30 September/PKI. “Aidit dan partainya ingin mengganti Pancasila. Tapi allhamdulillah Pancasila jaya,” tegasnya.
Menurut Mahyudin tantangan bangsa ini semakin berat. Ia mengutip pendapat Bung Karno yang menyatakan pada masa dulu musuh bangsa ini adalah jelas yakni kaum penjajah, Belanda, Jepang, Inggris namun sekarang musuh bangsa ini bisa dari bangsa sendiri. “Inilah tantangan-tantangan kita. Masih banyak yang lemah dalam pengamalan Pancasila,” tambahnya.
Mahyudin mengatakan Sosialisasi 4 Pilar MPR yang diselenggarakan MPR merupakan amanat UU. No. 17 Tahun 2016. Pada masa Orde Baru, sosialisasi Pancasiladilakukan sangat massif oleh BP7, seperti Penataran P4, termasuk bagi mahasiswa.
Diawal reformasi BP7 dibubarkan. Akibatnya Penataran Pancasila tidak ada lagi. Pembubaran BP7 karena pada masa Orde Baru banyak ditengarai Pancasila dijadikan alat kekuasaan. “Orang yang kritis pada masa itu ditangkap oleh pemerintah dengan tuduhan melanggar Pancasila,” ujar Mahyudin.
Pada masa Reformasi orang menyadari pentingnya Pancasila. “Ternyata yang salah bukan Pancasilanya tetapi yang menyalahgunakannya,” kata Mahyudin dan menambahkan bahwaPancasila dibutuhkan oleh orang Indonesia. Pancasila digali dari bumi Indonesia. (esa)