JAKARTA– Forum Konsultasi Pimpinan Parlemen ke-II yang terdiri dari
Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia (MIKTA) di Gedung
Parlemen Tasmania, Salamanca Place, Hobart, Australia, Kamis (6/10)
sangat produktif untuk menjadikan DPR RI sebagai parlemen modern.
Dalam forum, kata Ade Ketua DPR RI, Ade Komaruddin, saat menyampaikan
kata sambutan pada pembukaan Press Gathering Wartawan Parlemen di
Hotel Ramada Bintang Bali Resort di Kuta, Jumat (7/10) malam, masing-
masing pimpinan parlemen menunjukkan keunggulan soal keterbukaan
terhadap publik yang telah dilakukan.
“Forum itu sangat produktif apalagi pertemuan konsultatif dari lima negara
yang membahas lima agenda penting termasuk keterbukaan masing-masing
parlemen hingga risiko keamanan. Juga diterangkan partisipasi publik
hingga independensi legislatif dari eksekutif,” kata Ade Komarudin pada
diskusi Press Gathering yang bertema ‘Melindungi Bali, sebagai Destinasi
Wisata Berkearifan Lokal’.
Laki-laki yang akrab dengan panggilan Akom ini mengatakan, dia baru saja
mendarat di Bali setelah menghadiri forum tersebut. Kemudian menghadiri
acara press gathering untuk menyampaikan hasil pertemuan itu ke para
jurnalis.
Menurut wakil rakyat dari Daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat ini, politisi
forum membahas sejumlah agenda penting yakni mulai dari keterbukaan
parlemen, akuntabilitas sampai kepada masalah keamanan parlemen.
Terkait dengan keterbukaaan parlemen, kata politisi senior Partai Golkar
ini, parlemen di Meksiko, Korsel, Turki dan Australia sudah melaksanakan
dengan maksimal.
Dicontohkan DPRD Tanzania memang tidak berbeda dengan balkon di ruang
rapat atau ruang sidang DPR RI. Namun, kelebihan balkon di DPRD Tanzania
dibalut dengan kaca untuk mencegah hal yang tak diinginkan. Namun, di
balkon itu disediakan televisi monitor untuk para jurnalis dan masyarakat
yang ingin mengikuti sidang.
Tidak itu saja, segala informasi terkait dengan kinerja DPRD Tanzania bisa
diakses diberbagai situs. “Namun, parlemen kita belum mengelola dengan
baik situs untuk mensosialisasikan produk legislasi yang dihasilkan DPR.”
Sedangkan dari sisi security parlemen pun demikian. Pengamanan gedung
parlemen empat dari lima negara anggota MIKTA menurut dia sangat luar
biasa. Pengamanan berlapis dan dijaga tentara dan polisi.
Pengamanan gedung DPR dan DPRD di Indonesia belum sampai sejauh itu
dan bahkan boleh dikatakan sangat terbuka, bahkan sangat telanjang.
Memang pengamanan diserahkan kepada pamdal.
“Artinya security parlemen kita juga sudah ada namun belum dilaksanakan
secara konsisten. Ini sangat berbahaya. Karena sangat berpeluang di bom.
Jadi perlu pengamanan berlapis.”
Ade yang berbicara dalam forum ini mengatakan bahwa DPR RI telah
sejumlah langkah mendukung keterbukaan parlemen dan partisipasi publik
untuk kerja wakil rakyat di Senayan. “Dunia maya semakin riuh rendah
dengan beragam pendapat dan aspirasi. Kami beradaptasi dengan hal ini.”
DPR RI juga telah meluncurkan akun di sejumlah media sosial seperti
Twitter dan Facebook guna menjemput partisipasi publik. Pemanfaatan
teknologi informasi oleh DPR untuk mendorong keterbukaan dan partisipasi
juga berwujud TV Parlemen, akun YouTube, hingga website Pejabat
Pengelola Informasi dan dokumentasi (PPID) yang melayani informasi untuk
publik.
Ada pula aduan online di pengaduan.dpr.go.id, juga telah dibikin aplikasi
daring (online) dengan nama ‘DPR’ yang bisa dipasang di ponsel-ponsel
pintar. Ada pula layanan pengaduan konvensional melalui SMS
08119443344. “Sebagai tambahan, DPR juga aktif menerima kunjungan dari masyarakat. Setiap bulannya, DPR dikunjungi oleh ribuan masyarakat,” demikian Ade Komarudin. (art)