Pengawasan

Perubahan IAIN Jadi UIN, Esensi Keilmuan Islam Harus Dipertahankan

Anggota Komisi VIII Endang Mara Astuti

Anggota Komisi VIII Endang Mara AstutiJAKARTA – Anggota Komisi VIII Endang Mara Astuti tak mempermasalahkan keinginan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta untuk mengubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Namun yang terjadi selama ini, tergerusnya esensi keilmuan agama saat IAIN menjadi UIN. Hal inilah yang sering menjadi perdebatan kami.

“Kalau mau dijadikan UIN, inti dari keilmuan agama jangan malah menjadi pudar, justru itu adalah ruh dari perguruan tinggi islam. Para alumni lulusannya diharapkan menjadi pelopor revolusi mental,” kata Anggota Komisi VIII Endang Maria Astuti saat memimpin Tim Kunspek di IAIN Surakarta, Kamis (29/9).

Ditambahkannya, dengan kondisi IAIN Surakarta yang memiliki jumlah tenaga pengajar dosen terbatas dan adanya moratorium PNS, serta sarana dan prasarana yang minim, hal ini menjadi buah simalakama jika adanya gagasan perubahan status IAIN Surakarta.

“Disatu sisi menginginkan adanya perubahan status, namun banyak spek yang belum bisa terpenuhi. Jangankan penambahan dosen, guru saja sampai saat ini Kementerian Agama masih banyak tanggungan. Saya menyarankan agar manajemen dari IAIN ditata dulu kualitasnya” ujar Politisi F-Golkar itu.

Menurut Endang, kualitas dari lulusan alumni yang ada saat ini perlu peningkatan, dan diharapkan mampu berkarir di Legislatif, Eksekutif, dan Akademik. Sehingga, secara tidak langsung menjadi publikasi yang masif ke masyarakat luas. Mereka memiliki gambaran jika anaknya sekolah di IAIN Surakarta akan seperti mereka.

Selain itu, lanjut Endang, Perguruan Tinggi Islam di Surakarta sangat strategis sekali, kedepan bisa menjadi barometer kampus Islam di Indonesia. Terlebih dengan terus meningkatnya animo masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Islam.

Apalagi banyak orang tua yang menginginkan anaknya memiliki akhlak yang baik jika masuk ke sekolah agama islam.

“Sejak dua tahun yang lalu saya selalu mendorong bahwa, membangun generasi juga harus dimulai pada tingkatan paling bawah. Mulai dari madrasah, ibtidaiyah dan aliyah, ini menjadi tugas Kemenag memperkuat pendidikan dari tingkatan paling bawah. Dan Tidak sedikit anak-anak didik kita putus sekolah, ini perlu menjadi pemikiran bersama membuat program pengentasan pendidikan,” terang Politisi Dapil Jawa Tengah IV ini.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor I bid. Akademik, Abdul Malik mengatakan, percepatan kampus IAIN Surakarta tergolong lambat, padalah kampus kami masuk ke dua belas besar peminatan. Tapi berhubung daya tampungya minim, kami hanya menerima sedikit.

“Kami pernah mengajukan pembelian lahan disekitar kampus, sudah kami ajukan tapi belum di setujui. Karena terlalu lama, akhirnya sudah dibeli oleh pihak swasta,” jelasnya

Ia menambahkan, belum lagi harapan besar masyarakat yang menginginkan IAIN melahirkan generasi luar biasa. Padahal kami kekurangan dosen, peningkatan mutu dan kualitas mahasiswa terancam. (chan)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top