Pengawasan

Ika ITS Desak Jokowi Berpihak Kepada Industri Dalam Negeri

JAKARTA– Ikatan Alumni Institut 10 Nopember Surabaya (Ika ITS) mendesak pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggalakkan keberpihakan kepada industri nasional.

Anggota Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha yang juga Ketua Dewan Pakar Ika ITS mengatakan, untuk membangun keberpihakan kepada industri nasional. Itu artinya Indonesia membangun sebagai negara produsen, bukan pangsa pasar negara asing seperti yang terjadi selama ini.

Itu dikatakan politisi Partai Golkar itu dalam diskusi ‘Keberpihakan terhadap Industri Nasional’ bersama anggota Ika ITS Taufik Bawazier, Taufik Mahfoedz (pakar) dan pelaku usaha Tafif Djoenaedi.

Untuk menjadi negara produsen, kata Satya, Indonesia harus menyiapkan diri untuk dapat berkompetisi dengan negara-negara lain. Persiapan yang harus dilakukan Indonesia adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM), infrastruktur, pembiayaan dan kebijakan Pemerintah.

“Sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN, Indonesia berkompetisi dengan negara-negara Asia Tenggara. Indonesia harus menjadi negara produsen, jangan Indonesia sebagai pangsa pasar anggota MEA lainnya.”

Bila Indonesia tidak segera mengembangkan diri, negeri ini bakal menjadi pasar negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Vietnam dan Malysia.

Karena itu, Satya mengusulkan, setelah menjadi anggota MEA, Pemerintah maupun para pelaku pasar hendaknya turut mengubah paradigma menjadi berpikir ASEAN dan bukan berpikir Indonesia. “Sebagai pengusaha, berpikir bagaimana produknya membanjiri pasar ASEAN.”

Dinilai, saat ini industri Indonesia masih lemah. Banyak industri dalam negeri yang berubah menjadi broker atau pedagang produk-produk asing dengan pasarnya Indonesia. “Ini langkah yang salah kaprah dan perlu diperbaiki.”

Anggota Dewan Pakar IKA-ITS, Loekman Mahfoedz mengatakan, pertemuan pimpinan negara-negara APEC di Bogor 1995, Indonesia menetapkan target menjadi negara industri baru 2020 serta menjadi negara industri maju 2025.

Berdasarkan data-data di Kementerian Perindustrian, penerimaan negara dari industri 2001 mencapai 20 persen. Tapi, dalam perkembangan malah terus menurun. Tahun lalu hanya16 persen.

Padahal, kata dia, Indonesia saat itu menargetkan penerimaan dari sektor industri pada 2020 sebesar 30 persen. “Jika melihat realitas saat ini, saya pesimis target itu dapat dicapai,” katanya.

Membangun industri nasional, tidak cukup hanya membangun pabrik saja, tapi juga membangun Sumber Daya Manusia (SDM), bantuan modal, inovasi dan kreativitas. Yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan dari pemerintah termasuk regulasi yang berpihak kepada industri dalam negeri. (art)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top