JAKARTA– Pada saat harga cabei melambung disejumlah daerah seperti Aceh, Medan, Bangka Belitung dan Banjarmasin yang mencapai Rp 120.000 per kg, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menemui ratusan petani tomat dan cabai di Desa Sirnajaya, Garut, untuk berdialog dan mendengarkan curahan hari mereka.
“Harga cabe di kami per kilo hanya 6.000, pak. Rendah sekali dan tidak untung sama sekali malah lebih sering rugi. Padahal di pasar tinggi,” kata salah seorang petani kepada Zulkifli Hasan seperti siaran pers Humas MPR RI yang diterima Parlementaria.com, Sabtu (10/9).
Petani itu menerangkan, kesenjangan harga ini karena ketergantungan petani yang tinggi terhadap tengkulak. Petani pun kesulitan mendapatkan subsidi dan bantuan modal dari pemerintah.
Petani lainnya bernama Entis juga mengeluhkan tomat yang hanya dihargai Rp 2.000 per kg, sedangkan di pasaran bisa mencapai Rp 15.000. Akibatnya, banyak tomat busuk dan tidak terjual.
Wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Lampung tersebut kaget dengan keluhan para petani karena menurutnya, tingginya harga di konsumen seharusnya menguntungkan petani.
Menurut Ketua MPR, pemerintah harus memotong rantai kesenjangan harga di pasar dan petani. “Harus ada tindakan nyata agar petani bisa sejahtera dan harga di konsumen juga sesuai dan stabil.
Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini berharap, pemerintah mempermudah skema subsidi dan pembiayaan untuk petani agar tidak lagi tergantung dengan tengkulak. Petani juga diimbau untuk membuat kelompok tani yang kuat dan legal sehingga tidak dipermainkan oleh para tengkulak.
“Posisi tawar petani akan kuat kalau kompak dan menghadapi masalah bersama sama. Jangan lupa buat dalam bentuk koperasi atau badan hukum agar bisa menyerap subsidi pemerintah,” demikian Zulkifli Hasan. (art)