JAKARTA – Momentum Munas IX Partai Golkar harus melakukan perubahan internal untuk menghilangkan persepsikan publik bahwa Golkar sebagai partai pragmatis. Perubahan internal ini menyangkut mindset dalam berpolitik.
“Partai Golkar di masa mendatang adalah politik yang mengedepankan ide dan gagasan sebagai dasar gerakannya,” kata Ketua DPP Partai Golkar Bidang Pemuda dan Olahraga Ahmad Doli Kurnia dalam seri diskusi Mingguan AMPG, di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Jumat (21/11).
Doli mengatakan, kepemimpinan politik berbasis ide dan gagasan tidak akan lekang oleh waktu, berdurasi jangka panjang, mencerahkan, dan memberikan solusi menjadi bagian dari pandangan dan langkah politiknya. Kepemimpinan politik yang demikian itu artinya juga memberikan ruang perdebatan, dialektika berbagai konsep, serta agresi kepentingan dalam mencari titik keseimbangan.
“Titik keseimbangan yang dimaksud adalah antara cita-cita ideal, kepentingan partai, kelompok, antar kelompok, dan kepentingan masyarakat secara luas untuk membangun masa depan bersama. Politik berbasis ide selalu visioner serta memberikan harapan kepada banyak orang, tentang masa depan yang lebih baik,” kata Doli yang juga Wakil Presiden Pemuda Dunia ini.
Doli membandingkan antara politik yang berbasis ide, dengan politik yang dimaknai hanya mencari kekuasaan belaka. Gerakan politik yang tak punya basis ide akan terasa hambar, bersifat jangka pendek, dan senantiasa dinaungi konflik yang tidak produktif. Cita-cita kebangsaan hanya sekedar kamuflase dalam upaya bagaimana merebut kekuasaan semata. Tidak didahului oleh sebuah perdebatan konsep, penyerapan aspirasi, dan tawaran-tawaran solusi.
“Politik demikian ini, hanya sebuah proses perputaran kepemimpinan biasa, pergantian kekuasaan hanya mengikuti norma-norma demokrasi prosedural. Ia lahir hanya ikuti tuntutan dan aturan Konstitusi, yang batasi masa sebuah kepemimpinan, tanpa ada substansi untuk apa sesungguhnya sebuah periode politik itu dijalankan,” ujar mantan Ketua Umum KNPI ini.
Doli mencontohkan, pergantian presiden dan legislatif baru lalu hanya sebuah tuntutan roda pergantian kekuasaan lima tahunan belaka. “Pergantian yang terjadi tanpa diiringi oleh sebuah perdebatan ide, dan gagasan. Sehingga pemimpin yang terpilih tampak tidak membawa harapan baru,” ucapnya.
Partai Golkar dalam momentum Munas nanti harus melakukan perubahan. Perubahan besar tersebut adalah tidak hanya menyangkut struktur, tetapi kultur dalam menjalankan sebuah organisasi partai. Perubahan itu adalah sebagai jawaban atas perubahan eksternal Partai Golkar. Pemilih golkar selama ini sebagian besar adalah dari kalangan orang tua yang telah memasuki masa senjanya.
“Karena itu Partai Golkar mau tidak mau harus memasuki lingkungan pemilih pemula yang tentu dengan mengedepankan semangat egaliter dan kreativitas. Kreativitas serta inovasi pasti lahir dari ide serta konsep baru. Generasi muda yang bermodalkan media sosial sekarang lebih mendominasi wacana. Mereka inilah yang harus ditarik masuk ke dalam Golkar,” ujar Ketua Umum PP AMPG. (chan)