Polhukam

Nurhayati Dinilai jadi Tumbal SBY

JAKARTA—Pengamat politik dari UI, Muhammad Budyatna mengatakan, Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf tidak mungkin berani mengambil inisiatif untuk memerintahkan seluruh anggota fraksi Partai Demokrat melakukan aksi walk out (WO) pada saat pengesahan RUU Pilkada, tanpa berkoordinasi dan mendapatkan instruksi dari SBY.

Posisi Nurhayati yang dijadikan ketua fraksi karena kedekatannya dengan istana, dan pengakuan SBY bahwa di Amerika Serikat dirinya memantau langsung seluruh proses mematahkan pengakuan Nurhayati itu.

“Kalau dia sekarang mengatakan, bahwa dirinya yang menyuruh para anggota Fraksi Demokrat WO, itu karena untuk menyelamatkan muka SBY di mata publik supaya SBY tidak malu. Nurhayati menjadikan dirinya sebagai tumbal untuk SBY. Nurhayati itu jadi ketua fraksi karena kedekatan dengan Istana, dan SBY sendiri mengaku kalau dia memantau langsung seluruh proses. Kalau memantau itu kan artinya dia bukan hanya menonton televisi atau membaca berita media online atau cetak saja, tapi benar-benar memberi perintah. Jadi tidak mungkin Nurhyati jalan sendirian,” ujar Budyatna ketika dihubungi wartawan, Senin (29/9).

SBY menurutnya, cuci tangan karena setelah langkah WO tersebut, SBY menjadi bulan-bulanan di media sosial. SBY tambahnya lagi, sudah biasa membelokkan arah kalau diserang oleh media dan menjadi tidak konsisten kareanya. Ketidaktegasan SBY pun bisa dilihat dari sikapnya yang awalnya mengusulkan RUU Pilkada secara tidak langsung namun berbelok seolah kini mendukung pilkada langsung.

“Dari percakapan Ruhut Sitompul dengan Max Sopacua pasca aksi WO tersebut, kan terungkap bahwa selama persidangan berlangsung, Nurhayati kontak-kontakan dengan SBY. Berarti, SBY mengikuti perkembangan yang terjadi di sidang. Lagian masyarakat gak usah bingun dengan sikap SBY yang mencla-mencle seperti ini, lah RUU ini usulannya dari dia saja sekarang dia balik arah. Dalam kasus ini yah sama saja, dia perintahkan terus tampil seolah tidak memerintahkan. Lagipula dalam proses ini Ketua Harian dan Sekjen PD kan ikut serta, mereka harus ikut bertanggungjawab dong karena mereka memantau langsung di DPR,” imbuhnya.

Ditanya, kenapa Nurhayati mau jadi tumbal, Budyatna mengatakan, dia hanya anak buah yang taat asas, tak mungkin menentang atasan. Dia ingin menyelamatkan bosnya jangan sampai mendapat malu karena serangan terhadap SBY datang dari segala penjuru angin. Nurhayati mau mengorbankan dirinya supaya bos besarnya tidak malu.

Budyatna menilai, kemenangan Koalisi Merah Putih dalam beberapa momen politik sekarang ini karena koalisi yang dibangun PDI-P memble. PDI-P tidak punya penasehat politik yang tangguh sehingga pukulan politiknya tidak mengarah ke ulu hati, sehingga tidak mematikan. (**)

4 Comments

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top