Peristiwa

Mahfudz Siddiq: PBB dan OKI Lamban Bersikap Terhadap Israel

mahfudz sJAKARTA – Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq memprediksi, agresi militer zionis Israel terhadap Gaza akan terus berlanjut. Bahkan dia mensinyalir aksi keji itu akan berlangsung lama sampai Gaza sepenuhnya dikuasai zionis Israel.

“Sekarang ini zionis Israel berada dalam situasi dan kondisi yang menguntungkan untuk menghancurkan dan menguasai Gaza tanpa adanya gangguan dan tekanan berarti dari negara-negara Arab, dan dunia Internasional. Karena negara-negara Arab sekitar Palestina dalam rezim dan kebijakan politik yang mengisolasi kekuatan perlawanan Hamas,” ujar Mahfud, Jakarta, Selasa (05/08/2014).

Mesir, misalnya. Di bawah kepemimpinan Jenderal Sisi, Hamas adalah ancaman besar karena keterkaitannya dengan Ikhwanul Muslimin (IM). Karenanya, Mesir memblokir gerbang perbatasan Rafah, dan pernah memulangkan pesawat Tunisia yang membawa bantuan obat-obatan untuk misi kemanusiaan di Gaza.

“Hancurnya kekuatan Hamas di Gaza akan melemahkan gerakan perlawanan politik IM di Mesir. Sulit berharap pemerintah Mesir akan buka gerbang perbatasan Rafah sebagai akses ke Gaza, karena khawatir jadi akses suplai persenjataan ke Gaza,” ucapnya.

Begitupun dengan Suriah. Selain sibuk hadapi konflik domestik, rezim Assad yang syiah, melihat muslim sunni di Suriah lebih dekat dengan Palestina. Hal sama terjadi dengan Iran dan Libanon. Memanasnya isu sunni-syiah yang dipicu dipicu konflik Suriah dan Irak sangat pengaruhi sikap terhadap Gaza.

“Hizbullah di Libanon pernah lakukan serangan roket ke Tel Aviv. Dengan memanasnya isu sunni-syiah, sulit Hizbullah bereaksi keras soal Gaza. Iran bahkan bersitegang dengan Turki dalam isu Suriah. Ketika Turki bereaksi keras terhadap Israel, maka Iran akan jaga jarak dalam isu gaza,” ujarnya.

Bagaimana dengan Yordania, dan Arab Saudi? Problem ekonomi, katanya, jadi kendala Yordania dalam menyikapi isu Gaza. Adapun Arab Saudi sendiri, ujarnya, mengkhawatirkan menguatnya I’m bila mendukung perjuangan Hamas. “Jadi negara-negara utama di Timur Tengah saat ini dalam posisi tidak nyaman terhadap isu Palestina, karena sentimen sunni-syiah, dan sentimen Hamas,” ucapnya.

Mahfudz menyatakan, sentimen sunni-syiah lebih pada nuansa politik rezim. Bukan soal aliran atau paham keagamaan. Sementara, sentimen terhadap Hamas lebih pada nuansa gerakan politiknya.  Apalagi Hamas selalu dikaitkan dengan IM.

Lalu ke mana PBB, Organisasi Negara Islam (OKI), dan Liga Arab? kata Mahfudz, terlalu lama untuk menunggu mereka bersikap kongkrit, dan tegas terhadap agresi zionis Israel. Penampungan pengungsi PBB pun di roket Israel. “OKI dan Liga Arab? Semoga saja mereka masih bisa berkumpul dan bersepakat setidaknya membantu misi kemanusiaan di Gaza,” ujarnya.

Kondisi politik dalam negeri Palestina, ucapnya, pun sama. Presiden Palestina Mahmud Abbas di Ramallah nyaris tidak terdengar atau terlihat reaksi kerasnya, meski kemarahan di bawah kuat. Hal ini tak terlepas dari segera digelarnya Pemilu di Palestina. Mahmud Abbas, mewakili kelompok Fatah berkompetisi dengan Hamas di Pemilu.

Terlebih, ucapnya, rekonsiliasi nasional di Palestina dipandang sebagai ancaman besar oleh Israel. Israel tak menginginkan Fatah dan Hamas bersatu padu melawan Israel. Caranya, menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza. Karenanya, membunuh aktivis Hamas sebanyak-banyaknya sekarang ini menjadi pekerjaan para tentara zionis Israel. Israel merasa aman karena Gaza jauh dari kawasan Masjidil Aqsha, sehingga mereka bisa minimalkan sentimen umat Islam dunia.

“Israel bertekad hancurkan kekuatan militer Hamas melalui serangan total dan bumi hangus. Israel ingin hancurkan dukungan masyarakat Gaza terhadap Hamas. Kehancuran infrastruktur, blokade ekonomi, tingginya kematian warga diharapkan melenyapkan dukungan masyarakat terhadap Hamas di Gaza,” kata Mahfudz.

Situasi dan kondisi seperti itulah, ujarnya, yang membuat zionis Israel leluasa bombardir Gaza sebulan lebih dari darat, laut dan udara. “Mereka tak akan stop! Hingga Gaza dikuasai penuh. Israel menilai Gaza sebagi benteng terakhir Palestina yang harus segera dihancurkan. Dan itu dengan melumpuhkan Hamas,” ujar Mahfudz.

Apa keuntungan Israel jika bisa hancurkan Hamas dan Gaza? Mahfudz mengatakan, bila melihat peta Palestina, Israel dan negara arab sekitarnya, nampak jelas Israel telah membelah wilayah Palestina terpisah antara Tepi Barat dan Gaza.

Di Tepi Barat bercampur antara pemukiman warga Palestina dan warga Yahudi. Tapi wilayah warga Palestina disekat tembok-tembok tinggi. Pembangunan tembok batas tinggi itu mengikuti pendirian pemukiman baru warga Yahudi. Tembok yang membelah pemukiman dan jalan akses warga Palestina tidak mudah dimasuki tiap orang. “Pemukiman baru warga Yahudi dilakukan dengan merampas tanah dan mengusir penduduk warga Palestina. Semua enclave pemukiman Yahudi dikelilingi tembok tinggi dan dijaga pos-pos militer, dan akses dikontrol ketat,” ucapnya.

Mahfudz juga mengatakan, warga Palestina yang masuki kawasan Yahudi kerap diintimidasi secara fisik, baik oleh militer maupun warga sipil zionis Israel. Padahal, warga Palestina yang dirampas tanahnya harus tinggal di tenda pengungsian.

“Penggusuran pemukiman warga Palestina terus berlangsung sampai sekarang. Warga Palestina hanya bisa saksikan tanahnya dibangun pemukiman baru Yahudi dari balik tembok tinggi. Otoritas Palestina sejatinya kantor tanpa kekuasaan yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas. Mahmoud Abbas jika ingin keluar Tepi Barat pun harus ada izin dari pemerintah Tel Aviv. Bahkan komplek masjid Al- Aqsha pun di bawah kontrol militer Israel.

Sementara di Gaza, ujar Mahfudz, meski daerahnya miskin tapi tidak ada pemukiman Yahudi berdiri di sana. PM Palestina Ismail Haniyya memiliki otoritas lebih besar dalam mengelola wilayah Gaza. Meski berkantor di rumah kediaman, ucapnya, Ismail Haniyya menjalankan administrasi pemerintahan penuh.

Pemerintahan Haniyya juga mengelola keamanan dan militernya sendiri di gaza. Mereka juga punya pantai dan pelabuhan, meski nelayan Gaza dibatasi melaut hanya 1 mil. “Sederhananya, Israel secara de facto dan de jure sudah kuasai Tepi Barat. Tapi, Gaza tidak dikuasai oleh Israel,” kata Mahfudz. (chan)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top