JAKARTA—Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan menentukan sikap, apakah akan tetap berada di Koalisi Permanen atau Koalisi Merah Putih (KMP) lima tahun ke depan. Keputusan terkait itu akan diputuskan setelah pengumuman resmi rekapitulasi suara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum 22 Juli nanti.
“Majelis Syariah PPP akan menggelar rapat setelah tanggal 22 Juli, penyikapan terhadap eksistensi koalisi permanen, dan kelanjutan mekanisme koalisi KMP,” kata Sekjen DPP PPP, M. Romahurmuziy di Jakarta Minggu (20/7).
Saat ditanya apakah itu artinya PPP akan keluar dari KMP dan memilih bergabung bersama PDIP, PKB, Partai Hanura, dan Partai NasDem? Romi, menjawab keputusan tersebut sepenuhnya berada di tangan Ketua Majelis Syariah DPP PPP KH Maimun Zubair.
“Tergantung Ketua Majelis Syariah PPP. Sampai saat ini PPP masih konsisten mendukung, dan berada di KMP. Tidak tahu setelah tanggal 22 Juli,” kata Ketua Komisi IV DPR RI.
Romi mengatakan, partai-partai yang berada di KMP solid atau tidak juga dapat diketahui setelah pengumuman KPU siapa yang terpilih jadi presiden dan wakil presiden. Namun, katanya, bandul KMP ada di Partai Golkar. “Semua tergantung pada Partai Golkar,” ucapnya.
Hanya saja, hingga rapat pleno Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, yang dipimpin oleh Mahfud MD, ditegaskan bahwa KMP tetap solid. “Disepakati oleh seluruh partai pendukung Prabowo-Hatta bahwa solidatas KMP akan terus perkuat dan menjadi menjadi alat kontrol dan efektif kalau Prabowo-Hatta kalah, dan KMP tetap solid,” kata Romi.
Di sisi lain PPP, kata Romi, juga siap beroposisi bila ternyata Prabowo-Hatta kalah di Pilpres. “Opsi oposisi bagi PPP bisa dipraktekkan. Itu hal baru yang bisa perbaharui ruh, dan perjuangan partai. Kami siap berada di luar pemerintahan,” ujarnya. (cr1).
