JAKARTA – Koalisi partai pendukung Capres-Cawapres Prabowo-Hatta, yang baru dideklarasikan pekan lalu, dinilai banyak pihak tidak akan berumur panjang. Sebab di lapangan, sejumlah elit partai yang tergabung dalam koalisi merah putih diam-diam membangun komunikasi dengan partai-partai pendukung capres nomer urut dua.
Namun, sebagai partai dalam bagian koalisi merah putih, Golkar optimistis koalisi dengan Gerindra, PAN, PKS, PPP dan PBB akan mampu bertahan lama, tidak seperti yang diramalkan sejumlah pengamat.
“Piagam koalisi merah putih itu ditandangani secara sadar, iklas, tidak ada tekanan siapapun dalam rangka memperkuat komitmen bersama untuk mengawal Indonesia ke tahapan yang lebih baik. Itu semangat utamanya,” ujar Wasekjen DPP Golkar Tantowi Yahya saat ditemui di kompleks Parlemen Senayan, Selasa (15/7).
Yang kedua, kata sambung tantowi, semangat dari dibangunnya koalisi merah putih ini sebagai komitmen untuk mengawal capres dan cawapres nomer satu, dari sebelum sampai dengan selesainya pilpres. Kemudian, sebagai upaya membangun tradisi baru, bahwa koalisi itu dibangun sebelum pemerintahan itu terbentuk.
“Saya rasa ini semangat yang positif, yang akan menjamin ketika Prabowo-Hatta terpilih sebagai pemenang Pilres yang dinyatakan KPU, hal ini sudah menjadi modal yang cukup kuat karena program-program mereka akan berjalan dengan baik dengan dukungan mayoritas suara di parlemen,” timpalnya.
Lebih lanjut politisi berlatar profesi seniman itu mengatakan, melalui koalisi ini, mereka ingin sistem presidensial yang dianut nantinya dapat dijalankan dengan baik. DPR akan terdiri dari 10 parpol, sehingga baik kalau presiden terpilih bisa komunikasi baik. Dengan adanya koalisi, nantinya akan lebih mudah diajak berunding menentukan arah kebijakan ke depan.
“Semua yang tergabung akan menyalurkan suara melalui satu suara. Sistem presidensial bisa dianut lebih baik. Ini mempelopori perubahan memperkuat sistem presidensial kita. Ini akan buat Indonesia lebih baik. Sistem pemerintah akan tenang dan menjalankan tugas dengan baik,” ujar juru kampanye Capres nomer urut satu ini.
Terhadap adanya komunikasi intensif yang ditengarai dilakukan sejumlah elit partai dari peserta koalisi merah putih itu, Tantowi pun tidak membantah. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Ketua Umum Parpol yang tergabung dalam koalisi merah putih, melainkan hanya dilakukan oleh elit lapisan bawah.
Menanggapi kemungkinan Golkar merapat ke kubu Jokowi jika mereka keluar sebagai pemenang dalam Pilpres, Tantowi enggan berandai-andai. Karena komitmen Golkar saat ini tetap di koalisi merah putih.
“Kita tak melihat ke sana dulu. Kita ini yakin bahwa Prabowo-Hatta ini menang. Makanya koalisi ini kita formilkan. Kita baru bicara pada tatanan itu,” tegasnya.
Sebelumnya Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menilai, penandatanganan koalisi permanen merah putih merupakan langkah yang baik, untuk memulai tradisi koalisi partai politik yang bersifat jangka panjang.
Namun, ia ragu koalisi merah putih yang dibangun itu akan bertahan lama, tanpa terlebih dahulu mengubah desain sistem kepartaian dan format pemilu di Indonesia.
“Koalisi parlemen itu hanya akan bagus di atas kertas, atau hanya sekadar menjadi pemanis politik, bukan menjadi substansi sistem kepartaian. Karena itu koalisi yang hanya diatur oleh internal maka mereka rawan pecah. Bahkan jika hanya menyebut target-target makro seperti memertahankan Pancasila, UUD 1945 dan sejenisnya,” ujar Ray di Jakarta, Selasa (15/7).
Target makro dalam koalisi itu menurut Ray, pada hakikatnya sama saja hanya mempertemukan apa yang telah dipastikan harus bertemu. Sementara yang jadi masalah, bangunan koalisi di Indonesia jika menyentuh isu-isu turunan, format fraksi di DPR, serta mekanisme penentuan calon presiden dan calon wakil presiden, seringkali menjadi sumber keretakan.
“Misalnya koalisi akan memilih bersikap diam atas kasus lumpur Lapindo, penyelesaian kasus Bank Century, mengembalikan UUD kepada UUD 45 tanpa amandemen? Demikian juga dalam menghadapi isu-isu kenegaraan di masa depan,” serunya.
Dalam pandangannya, tantangan terbesar (koalisi) partai ini adalah mekanisme menentukan capres mereka pada pilpres berikutnya. Jika koalisi merah putih tak berbicara sedetail ini, dapat disebut koalisi hanya reaksi sesaat.