JAKARTA – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Ahmadi Noor Supit mengatakan, dari opsi kenaikan listrik bertahap yang diberlakukan mulai 1 Juli 2014, ada anggaran subsidi listrik yang dapat di hemat. Jumlahnya pun cukup signifikan yakni Rp 21 triliun, dari total anggaran subsidi listrik tahun 2014 yang mencapai Rp 107 triliun.
“Penghematannya lumayan, mencapai Rp 21 triliun dari kebijakan pengendalian subsidi listrik ini, dengan kenaikan listrik secara bertahap. Dengan begitu, subsidi listrik tahun ini hanya sekitar Rp 86 triliun saja,” tegasnya di Gedung DPR, Senin (30/6).
Adapun dari penghematan anggaran subsidi itu, sambung Ahmadi, nantinya akan dipergunakan sebagai bantalan dari program pemotongan anggaran yang semula ditargetkan Rp 100 triliun, tetapi dalam pembahasannya DPR hanya menyetujui pemotongan Rp 46 triliun saja.
“Nah, anggaran pemotongan di kementerian/lembaga sebesar Rp 46 triliun itu, di antaranya diambil dari anggaran penghematan listrik sekitar Rp 21 triliun,” imbuhnya.
Legislator dari Fraksi Partai Golkar ini menambahkan, kenaikan tarif listrik ini juga telah diantisipasi pemerintah dari kemungkinan dimanfaatkan pihak tertentu, untuk menaikkan kebutuhan barang-barang pokok (sembako). Terlebih momen kenaikan listrik ini terjadi bersamaan dengan bulan Ramadhan yang memang umumnya terjadi peningkatan komsumsi di masyarakat, sehingga berdampak pada naiknya harga sembako.
“Sebenarnya kalaupun ada kenaikan harga sembako saat ini, bukan dipicu oleh kenaikan tarif listrik baru, tetapi lebih disebabkan oleh peningkatan komsumsi masyarakat selama Ramadhan hingga lebaran nanti. Meski demikian, kita sudah minta pemerintah tetap lakukan antisipasi dan pencegahan terjadinya inflasi akibat terjadinya kenaikan harga sembako. Salah satunya dengan menggelar pasar murah,” katanya.
