PAYAKUMBUH — Kota Payakumbuh terancam flu burung. Pasalnya, seribuan itik masyarakat di Kelurahan Koto Baru Payobasuang, Kecamatan Payakumbuh Timur dan Kapalo Koto Payakumbuh Selatan, mati mendadak. Berat dugaan kasus tersebut merupakan flu burung atau H5N1 yang menyerang itik masyarakat.
Pemilik ternak itik di Kelurahan Koto Baru, Frengky, yang dihubungi Kamis (26/6/2014) kemarin mengaku itik miliknya sudah mati mendadak sebanyak 120 ekor. Rata-rata jumlah itik yang mati mencapai 20 ekor per harinya. Begitu juga dengan itik milik tetangganya Ali Akbar, sedikitnya 180 ekor yang mati mendadak. Peristiwa itu sudah berlangsung seminggu. Namun itik yang mati sudah dibakar dan dikubur.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Payakumbuh, Devi Sastra, didampingi Kasi Kesehatan Hewan setempat, Trisna Yessi yang dikonfirmasi di Koto Baru Payobasuang ketika meninjau ke kandang itik yang mengalami mati mendadak, mengakui, di Kapalo Koto itik yang mati positif flu burung berdasarkan pemeriksaan labor di Baso.
Namun, setelah dinyatakan positif flu burung, dilakukan tindakan penanggulangan dengan pemusnahan itik yang terindikasi dan penyemprotan kandang. Sedikitnya tercatat seribuan ekor itik yang mati, termasuk itik yang dimusnahkan ditambah 21 ekor ayam buras (bukan ras) yang terindikasi flu burung.
“Kita bersama jajaran terus memantau gejala ternak unggas, utamanya itik ke sejumlah kelurahan di Kota Payakumbuh, guna memonitor kalau ada laporan masyarakat ternak unggas peliharaan mereka ada yang mati mendadak. Ketika turun ke lapangan, sudah dipersiapkan petugas Dinas Perikanan dan Peternakan serta peralatan penanggulangan kasus flu burung tersebut,” ungkapnya.
Sementara ini, ayam ras petelur dan ayam potong tidak terimbas dengan flu burung. Artinya ternak unggas tersebut, aman untuk dikonsumsi masyarakat. Hingga hari Kamis kemarin kasus flu burung baru positif terjadi di Kelurahan Kapalo Koto. Sedangkan di Koto Baru bangkai itik yang mati mendadak terlebih dahulu diperiksa di labor untuk memastikan apakah ternak itik tersebut positif atau tidak terimbas H5N1.
Menurut dia, kejadian ini untuk ketiga kalinya bagi Kota Payakumbuh, mengalami kasus flu burung. Terberat 15 Maret 2011 ternak unggas diserang virus H5N1 pada 33 kelurahan dari 76 kelurahan yang ada di Kota Payakumbuh. Pemko Payakumbuh waktu itu melancarkan tindakan antisipatif, untuk menekan kasus tersebut agar tak segera meluas.
Dalam kesempatan bincang-bincang bersama Haluan, Devi Sastra dan Trisna Yessi mengimbau kepada seluruh pengusaha itik komersil di Payakumbuh, untuk meningkatkan bio security, dengan melakukan penyemprotan kandang dan vaksinasi itik. Tidak menyebarkan itik yang sakit ke peternak lain untuk dipelihara sebagai itik petelur.
Devi Sasra mengingatkan, masyarakat tidak usah panik. Itik yang keluar masuk Payakumbuh, sementara waktu distop. “Jika ada ternak unggas milik masyarakat di kelurahan yang mati mendadak, perlu dilaporkan sesegera mungkin ke Dinas Perikanan dan Peternakan atau melalui Kasi Kesehatan Hewan, untuk mencegah terjadinya kasus flu burung yang lebih luas, harapnya. (chan/hal)
