JAKARTA – Direktur Eksekutif NCID Nurjaman Center for Indonesian Democracy, Jajat Nurjaman menilai ‘serangan’ kampanye hitam atau black camapagn yang ditujukan kepada pasangan capres dan cawapres Parbowo – Hatta bukan membuat elektabilitasnya menurun, justru menguntungkan capres nomor satu itu.
“Setidaknya isu Babinsa dan pemecatan oleh DKP dalam seminggu ini justru makin menaikkan elektabilitas Prabowo, sedangkan isu HAM rakyat sudah tak peduli lagi,” kata Nurjaman dalam diskusi ‘Tantangan Pembangunan Ekonomi Daerah’, di Gedung DPD RI Jakarta, Jumat (13/6/2014).
Hal tersebut kata Jajat Nurjaman bisa terlihat dari hasil sejumlah lembaga survei, seperti Fokus Survei Indonesia (FSI) Survei dan Polling Indonesia (SPIN), Lembaga Survei Indonesia (LSI), Populi Center, dan Pusat Data Bersatu (PDB).
Menurut Jajat, salah satu alasan semakin menanjaknya elektabilitas Prabowo-Hatta disebabkan sudah mulai bosannya masyarakat dengan gaya pencitraan yang dilakukan pasangan Jokowi-JK, serta cara tim suksesnya yang cenderung selalu memojokan pasangan lain.
Karena itu, dia berharap tak ada lagi kampanye hitam dalam debat capres selanjutnya, karena bisa menjadi bumerang bagi kedua pasangan. “Rakyat pun tak diberi pendidikan politik yang mencerdaskan, dan malah menjadikan rakyat saling bermusuhan dan konflik,” tegas.
Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Teddy Lesmana menilai Lembaga survei dalam melakukan surveinya tidak mencerminkan daya tawar dari program capres-cawapres.
“Seperti revolusi mental Jokowi, ternyata sampai perdebatan capres kemarin, tidak ada langkah-langkah kokretnya seperti apa? Ditambah lagi tak ada keteladanan, maka rakyat makin bingung,” tambahnya. (mun)
