JAKARTA – Debat perdana capres dan cawapres jelang Pilpres 2014 beberapa hari lalu, oleh sebagian kalangan masyarakat dinilai kurang seru. Pasalnya, kegiatan itu berlangsung layaknya sebuah cerdas cermat, dan belum menyentuh berbagai persoalan negara.
“Kita rindu debat capres ala Amerika Serikat yang berlangsung seru dengan adu ide dan program. Itu perlu supaya masyarakat mengetahui otak dari kandidat ini,” ucap pengamat politik Tjipta Lesmana, dalam diskusi dialektika demokrasi bertajuk efektifitas debat capres pengaruhi pemilih, Kamis (12/6), di Ruang Wartawan DPR RI, Jakarta.
Moderator, lanjut Tjipta, seharusnya diberi kewenangan yang lebih besar untuk mengelaborasi jawaban yang dikemukakan para kandidat. “KPU juga tak perlu takut, karena para capres dan cawapres tidak akan berkelahi. Malah jika berlangsung seru, itu akan menjadi masukan kita dalam memilih 9 Juli nanti,” imbuhnya.
Namun ternyata, acara yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu memang diatur sedemikian rupa oleh Undang-undang Pilpres.
“Debat ini diakui sah dalam UU pilpres. Moderatornya pun juga diatur, jadi memang moderator bertindak seperti pengatur lalu lintas saja,” ujar pakar hukum tata negara Irmanputra Sidin.
Supaya acara debat kandidat itu berlangsung layaknya sebuah pertandingan olahraga, Irman mengusulkan agar digunakan sistem kandang dan tandang, seperti yang umum diterapkan turnamen sepak bola.
“Saya usul supaya debat itu diselenggarakan oleh tim sukses masing-masing kandidat, dan bertempat di markasnya. Jadi nantinya kandidat yang menjadi tuan rumah mengundang dengan hormat lawannya, dan nanti gantian menjadi tamu,” serunya.
Jika itu bisa terwujud, Irman menjamin acara debat bakal berlangsung seru, dan publik bisa mengetahui seperti apa sesungguhnya calon pemimpin bangsa periode 2014-2019.(fk)