Ekonomi

Industri Kretek Dihancurkan Atas Nama Kesehatan

SKT SampoernaJakarta – Komoditas kretek yang bahannya tersedia di dalam negeri ini telah hidup dan berkembang ratusan tahun. Komoditas kretek, selama ini bahkan menyumbang uang yang tidak sedikit untuk negara dan kemajuan Indonesia.

“Penerimaan pendapatan negara dari industri ini, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari sektor migas,” kata Pimpro Komunitas Tribute to Kretek Indra G Windiaz, di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (1/6).

Meski sumbangsihnya besar, namun belakangan nasib ribuan buruh kretek justru terancam kehilangan pekerjaan. Pasalnya, regulasi antirokok di negara-negara maju selanjutnya memasuki Indonesia, sehingga menggoyahkan industri kretek.

Lebih ironis lagi, di bulan-bulan ini kampanye antirokok terus digencarkan. Berbagai kalangan menunjukkan secara terang-terangan sikap antirokok dan terlihat berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara agar industri kretek musnah dari negeri ini.

Di sisi lain, lanjut Indra, perusahaan-perusahaan multinasional bergerak cepat untuk menguasai perusahaan-perusahaan rokok Indonesia, mendatangkan mesin- mesin pencetak rokok mengganti sentuhan tangan para buruh kretek.

Perusahaan-perusahaan farmasi internasional yang berdiri di belakang kampanye anti tembakau juga mulai menyiapkan produk-produk terapi anti nikotin yang siap dipasarkan demi meraup potensi keuntungan melimpah. Dengan kata lain, ia menyebut aktivitas merokok dikriminalkan secara sistematis.

“Pada tanggal 31 Mei yang dicetuskan oleh WHO merupakan bagian penting dari agenda penghancuran industri kretek. Pada hari itu, sudah bisa dipastikan, kelompok anti rokok sibuk berkampanye dengan topeng kesehatan,” jelasnya.

Sementara itu Ong Hary Wahyu selaku kurator Tribute to Kretek mengatakan acara yang digelar merupakan bentuk apresiasi terhadap kretek sebagai produk budaya Indonesia. Kreatifitas yang mampu menghadirkan produk budaya yang khas seperti ditunjukkan penemu kretek asal Kudus H Djamhari.

“Sampai sekarang kretek memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara, menyediakan lapangan pekerjaan, pengguna bahan baku lokal dan menyangga pasar dalam negeri,” katanya.

Ong mengungkapkan, atas nama kesehatan ini menentang kretek demi mendukung argumentasinya, mengimpor hasil-hasil penelitian dari pihak luar tanpa lagi mempertanyakan secara kritis kebenaran penelitian impor tersebut. Padahal, impor hasil penelitian serta sokongan dana kampanye
dari pihak asing itu untuk mematikan industri kretek nasional.

Tribute to Kretek sendiri sebagaimana dikemukakan dia diikuti puluhan komunitas. Mereka adalah Pipe and Tobacco Club Indonesia (PTCI), INSISTPress, Surah Sastra, Indie Book Corner, Komunitas Wayang Benges, Wayang Suket, Wayang Jong, Kampungan Scooter Independent (KASI), Bir Pletok Kebagusan Jaya, Komunitas Lengkung K3 dan Bogor Art Group.

Selain itu juga Komunitas WC Umum, Komunitas Gila Batu, Rasjhied Ink Tattoo Studio, Gudang Jimat, Ultimus, Kopi Nusantara – Cho Coffeee, Kampoeng Batik Palbatu.(fk)

5 Comments

5 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top