JAKARTA – Senator asal Jambi Hasbi Anshory mengakui bahwa visi dan misi calon presiden (Capres) Prabowo lebih kuat dibanding Jokowi. Hanya saja ia tidak melihat politik anggaran untuk daerah.
“DPD ingin bagaimana politik anggaran kedua pasangan capres-cawapres itu. Misalnya, yang selama ini hanya 30 persen untuk daerah, bagaimana ke depan? Termasuk perusahaan tambang, minyak dan energi serta lainnya yang terkait daerah,” kata Hasbi.
Hal tersebut dikatakan Hasbi dalam dialog perspektif Indonesia ‘Memilih Pemimpin Idaman – Suara Kaum Muda’ di Gedung DPD RI Jakarta, Jumat (30/5/2014).
Pemikir politik kebudayaan Ma’arif Institute, David Krisna Alka melihat kaum muda saat ini tidak membaca narasi, track record, dan visi misi capres-cawapres secara utuh, dan tidak mendalam.
“Kaum muda terjebak pada kampanye hitam. Karena itu saya sangat khawatir dalam Pilpres ini politik uang dan transaksional lebih dahsyat lagi. Kalau itu dibiarkan, maka Indoensia bisa karam,” ujarnya.
Sedangkan Bendahara Umum Pengurus Besar Himpunan Mahaisswa Islam (PB HMI) Bambang mengimbau generasi muda untuk mencermati track record-rekam jejak, visi dan misi kedua pasangan Capres-Cawapres agar tidak terjebak untuk memilih ‘kucing dalam karung’.
“Dengan dua pasangan Capres dan Cawapres, tidak terlalu sulit untuk memilih dengan menecrmati track record, visi dan misi Jokowi – JK maupun Prabowo – Hatta. Tentu kedua pasangan itu sama-sama mempunyai kekuarangan dan kelebihan. Misalnya, Jokowi kurang tegas, sebaliknya Prabowo sangat tegas, maka tinggal memilih,” tegas Bambang.
Bambang melihat kaum muda saat ini kurang membaca perkembangan politik, karena kalau mencermati di media sosial, mereka ini hanya mengomentari soal korupsi, kampanye hitam atau black campagn, saling menyudutkan, mencaci-maki orang atau kelompok lain.
“Jadi, tidak ada yang mencerdaskan. Ini juga sebagai kegagalan partai politik, yang tidak melakukan pendidikan politik pada kaum muda,” tambahnya. (mun)