JAKARTA – Juru bicara Partai Demokrat (PD) Ruhut Sitompul menjelaskan soal kenapa PD bersikap netral dan tidak mendukung Jokowi maupun Prabowo, itu karena PD sedang berduka.
Berduka setelah hasil Pileg 9 April 2014 ini perolehan suaranya anjlok dari 20 persen menjadi 10 persen, akibat kader PD yang korup.
“Kami ini sedang berduka akibat kader PD korupsi. Kami terima duka ini untuk selanjutnya kami akan bangkit. Kalau partai lain butuh waktu 10 tahun, semoga PD cukup 5 tahun bisa bangkit. Jadi, netral itu permintaan daerah,” tegas Ruhut Sitompul dalam dialog, ‘Pemilu 9 Juli 2014: Kompetisi Para Capres-cawapres’ di Gedung DPD RI , Rabu (21/5/2014).
Netral itu diambil setelah Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membagikan koesioner pada peserta Rapimnas, dan sebanyak 56 persen memilih netral.
“Tapi, bukan opisisi, melainkan sebagai penyeimbang, karena dalam sistim presidensial itu tidak ada yang namanya opisisi. Kami akan bangkit di pemilu 2019,” tambahnya.
Ruhut meyakinkan jika dalam sejarah politik Indonesia ini, belum ada sejarah serah terima dari presiden sebelumnya ke presiden yang baru. “Bung Karno ke Soeharto, BJ. Habibie ke Gus Dur, dan Gus Dur ke Megawati tidak ada serah terima jabatan kepresidenan. Nah, hanya pada 10 tahun SBY nanti pada Oktober 2014 ini akan ada serah terima dari SBY ke presiden yang baru,” katanya.
Dikatakan, 61 kursi DPR RI Demokrat akan menjadi penentu, maka harus menjadi kewaspadaan bagi presiden terpilih nanti. “PD akan menjadi penentu atau king maker bagi presiden terpilih nanti. Karena itu harus waspada dengan Demokrat di DPR RI. Apalagi selama 10 tahun ini, banyak yang akan menjatuhkan SBY, tapi gagal. Untuk itu, 14 program pemerintahan SBY harus dilanjutkan,” ungkapnya.
Soal hubungannya dengan kedua pasangan capres, Ruhut menjelaskan jika semuanya baik. Ada kader PD yang dekat dengan PDIP, dan juga Gerindra. “Hubungan kami dengan Prabowo baik, apalagi wapresnya, besan,” pungkas Ruhut sambil tertawa. (mun)